Palu (antarasulteng.com) - Wakil Ketua Masyarakat Aquatik Indonesia (MAI) Dr Ir H Hasanuddin Atjo, MP berharap pemerintah pusat menjadikan budidaya ikan bandeng dengan sistem keramba jaring tancap (KJT) di perairan laut sebagai sebuah gerakan nasional.
"Sistem budidaya ini sangat berpotensi menjadi salah satu solusi dalam mempercepat pengentasan masyarakat dari kemiskinan, khususnya masyarakat pesisir dan pantai, penguatan ketahanan pangan dan percepatan pertumbuhan ekonomi nasional," katanya kepada Antara yang menghubunginya di Palu, Minggu.
Menurut Atjo, banyak keuntungan yang diperoleh bila mengembangkan sistem budidaya ikan bandeng di laut dengan keramba jaring tancap ini, baik dari aspek teknologi, bisnis maupun sosial.
Dari segi teknologi, sistem budidaya ikan bandeng di laut dengan teknologi KJT mudah dan murah untuk diterapkan karena tidak membutuhkan biaya konstruksi yang besar.
"Kalau budidaya di tambak kan petani harus buang ongkos besar untuk beli tanah dan membangun konstruksi tambaknya, sedangkan kalau di laut, tidak perlu ongkos konstruksi sebesar membangun tambak di darat, cukup mengumpulkan bahan untuk KJT yang sudah tersedia banyak di pasar dengan harga relatif murah," ujar Hasanuddin Atjo, penemu teknologi budidaya udang Supra Intensif Indonesia itu.
Dari aspek pemasaran, kata alumnus doktoral Fakultas Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar 2005 itu, ikan bandeng memiliki peluang pasar domestik dan ekspor yang cukup besar sehingga tidak akan menyulitkan petani menjualnya walaupun produksi sudah massal.
Selain itu, peningkatan produksi ikan bandeng dalam skala besar akan mendorong tumbuhnya industri pengolahan yang akan membuka lapangan kerja yang ujung-ujungnya meningkat pendapatan masyarakat.
Dari aspek sosial, katanya, budidaya bandeng sudah sangat memasyarakat dan juga risiko sosialnya tidak begitu tinggi dibandingkan budidaya ikan karang yang mahal harganya.
"Kalau nelayan membudidayakan ikan karang, pasti akan menjadi sasaran pencuri seperti kejadian di beberapa tempat di daerah ini, karena menedapat beberapa ekor saja, harganya sudah lumayan. Sedangkan ikan bandeng, siapa yang mau curi. Kalau curi 10 kg saja, berapa harganya,"" ujarnya berseloroh.
Hasanuddin Atjo yang juga Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng itu mengatakan bahwa pihaknya sudah menguji coba budidaya bandeng dengan teknologi KJT sejak 2016 memanfaatkan kolam dermaga pelabuhan perikanan Donggala, dan mencatat hasil yang menggembirakan.
"Dalam masa budidaya sekitar empat bulan, sebuah KJT berukuran 8x16 meter bisa menghasilkan bandeng 2,7 ton yang bila dikonversi kedalam satu hektare berarti produktivitas teknologi ini mencapai 210 ton perhektare untuk satu siklus panen," ujarnya.
Karena itu, ungkap Atjo, Kemenko Kemaritiman tertarik untuk melakukan workshop nasional berthema Industrialisasi bandeng Indonesia berbasis inovasi teknologi kerakyatan yang akan mengkaji teknologi budidaya bandeng di laut sistem KJT yang telah diujicoba Dinas KP Sulawesi Tengah.
Workshop yang akan berlangsung di Kota Palu dan Donggala Juli 2017 nanti akan mengkaji berbagai hal-hal teknis budidaya tersebut mulai dari aspek teknologi produksi, pakan, penyakit, limbah, bisnis dan risiko sosial.
"Hasil workshop ini sangat kami harapkan bisa bermuara pada lahirnya sebuah Keputusan Presiden (Keppres) yang menjadikan budidaya ikan bandeng di laut sebagai sebuah gerakan nasional untuk pengentasan kemiskinan, penguatan ketahanan pangan dan percepatan pertubumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.