Lipoma merupakan salah satu jenis tumor jinak yang terbentuk dari tumpukan lemak di bawah kulit. Meskipun sering kali tidak menimbulkan rasa sakit atau bahaya serius, keberadaannya dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada penderitanya, terutama jika tumbuh di area wajah seperti yang dialami oleh Nurhasana (22).
Nurhasana pertama kali merasakan gejala adanya benjolan di pipi kanannya pada tahun 2020. Awalnya, ia mengabaikan keberadaan benjolan tersebut karena mengira bahwa itu hanyalah benjolan biasa yang tidak memerlukan perhatian medis khusus. Namun, seiring berjalannya waktu, benjolan tersebut mulai tumbuh lebih besar dan menimbulkan kekhawatiran.
"Waktu itu saya tidak terlalu khawatir, karena saya kira hanya benjolan biasa yang mungkin akan hilang dengan sendirinya. Saya merasa tidak perlu memeriksakan diri ke dokter karena tidak ada rasa sakit atau gejala lain yang menyertai, tapi saya juga mulai memperhatikan bahwa benjolan ini tidak hilang meskipun sudah berbulan-bulan berlalu. Saya pikir mungkin sebaiknya menunggu dan melihat apakah ada perubahan signifikan sebelum memeriksakan diri ke dokter," jelas Nurhasana ketika ditemui pada Jumat (13/9).
Namun, pada awal tahun 2024, ia mulai menyadari bahwa benjolan tersebut semakin besar dan mengganggunya. Ia pun memutuskan untuk memeriksakan diri ke Puskesmas Birobuli.
"Dokter di Puskesmas awalnya bilang kalau benjolan ini bisa jadi lipoma, tetapi untuk memastikannya, saya dirujuk ke Rumah Sakit Samaritan untuk pemeriksaan lebih mendetail. Setelah di-USG, dokter mengonfirmasi bahwa ini memang lipoma, semacam tumor jinak yang terbentuk dari lemak di bawah kulit. Saya juga diberi penjelasan tentang bagaimana lipoma ini umumnya tidak berbahaya dan bisa saja disebabkan oleh faktor genetik," tuturnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa meskipun penyebab pasti lipoma belum dapat diketahui dengan jelas, faktor keturunan diduga menjadi salah satu penyebab utama.
"Dokter menjelaskan bahwa lipoma ini tidak akan membahayakan kesehatan saya selama ukurannya tidak semakin besar. Untuk sementara, saya diberikan obat radang seperti methylprednisolone dan ambroxol untuk membantu mengurangi peradangan di area benjolan. Mereka menyarankan agar saya memantau perkembangannya, dan jika benjolan ini terus membesar atau mulai terasa nyeri, baru mereka akan mempertimbangkan tindakan operasi," jelasnya.
Sebagai peserta BPJS Kesehatan dari segmen Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Kelas tiga, ia merasa sangat terbantu dengan layanan kesehatan yang diterimanya.
"Saya sangat bersyukur karena selama pengobatan ini, saya tidak perlu memikirkan biaya sama sekali. Dari pemeriksaan di Puskesmas sampai rujukan ke rumah sakit dan USG, semuanya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Tanpa JKN, saya mungkin harus memikirkan biaya yang cukup besar, apalagi ini sudah melibatkan rumah sakit dan beberapa pemeriksaan medis," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa layanan yang diterimanya, baik di Puskesmas Birobuli maupun di Rumah Sakit Samaritan, sangat memuaskan
"Dokter-dokternya sangat baik, ramah, dan sabar dalam menjelaskan kondisi kesehatan saya. Dari awal, saya merasa bahwa mereka peduli dengan kesehatan saya dan memberikan saran-saran yang sangat berguna. Mereka juga memberikan edukasi tentang lipoma, mulai dari apa yang menyebabkan lipoma hingga cara-cara perawatan yang bisa saya lakukan di rumah," katanya.
Melalui pengalaman ini, ia berharap BPJS Kesehatan dapat terus meningkatkan pelayanan agar lebih banyak orang yang bisa mendapatkan akses kesehatan tanpa hambatan. Ia juga berharap kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memeriksakan kondisi kesehatan mereka lebih dini dapat semakin meningkat.
“Meskipun saya awalnya ragu untuk memeriksakan benjolan ini, sekarang saya sadar betapa pentingnya untuk tidak mengabaikan gejala-gejala kecil yang mungkin menjadi pertanda adanya masalah kesehatan,” tutupnya. (tm/aq)