Palu (ANTARA) - Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah memakai slogan "Bahagia Beragama, Beragama Bahagia" sebagai satu upaya untuk meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama di provinsi tersebut.
"Bahagia Beragama Beragama Bahagia berangkat dari kebiasaan-kebiasaan yang telah ada di masyarakat, yang kemudian dikembangkan oleh FKUB menjadi satu slogan atau gerakan," kata Ketua FKUB Sulteng Zainal Abidin di Palu, Minggu.
Ia mengemukakan slogan Bahagia Beragama Beragama Bahagia merupakan satu gagasan konsep yang menjadi gerakan untuk memupuk toleransi antar umat beragama.
Misalnya, masyarakat umat beragama dari semua agama yang telah terbiasa hidup berdampingan dalam satu lingkungan perumahan, dan terbiasa bersama-sama melakukan kerja bakti pembersihan lingkungan perumahan.
Hal itu menunjukkan adanya satu kebersamaan antarumat beragama untuk mewujudkan lingkungan yang bersih.
"Berangkat dari hal-hal kecil kemudian dikembangkan oleh FKUB Sulteng menjadi gerakan pendekatan pembinaan masyarakat yang substansinya untuk meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama, sehingga toleransi terus tubuh dalam kehidupan sosial," ujarnya.
Slogan tersebut digagas pada akhir 2024 dan mulai 2025 nanti digencarkan melalui program kegiatan, kanal internet, papan reklame di Kota Palu, media sosial termasuk media massa.
"Tahun 2025 semua kegiatan FKUB Sulteng mengangkat tema tentang Bahagia Beragama Beragama Bahagia," ucapnya.
Ia memaparkan ada sejumlah kegiatan dilaksanakan FKUB tahun depan yaitu, bakti sosial melibatkan pemuda lintas agama yang tergabung dalam pengurus Pelopor Kerukunan Dunia Maya FKUB Provinsi Sulteng.
"Kami memfasilitasi para pemuda lintas agama untuk berkolaborasi dengan komunitas-komunitas pemuda yang ada, untuk melaksanakan bakti sosial di masyarakat," tutur Zainal.
Ia menambahkan pihaknya juga melaksanakan lomba video pidato tentang Bahagia Beragama Beragama Bahagia khusus bagi Gen-Z dan kegiatan itu melibatkan FKUB tingkat kabupaten/kota se-Sulteng.
Perbedaan agama, budaya, suku dan bahasa merupakan ketetapan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga perbedaan tersebut jangan menjadi pembatas umat beragama untuk memperkuat silaturahim dengan umat beragama yang lain.
"Perbedaan agama, bahasa, budaya, jangan sampai menjadi sebab pertikaian dan perselisihan. Sebagai masyarakat yang beragama, memandang perbedaan itu sebagai suatu karunia yang memperkuat kerukunan," kata dia.