Budidaya anggrek dari cagar biosfer Lore Lindu

id tnll, cagar biosder,anggrek

Budidaya anggrek dari  cagar biosfer Lore Lindu

Budidaya tanaman anggrek di Desa Karunia, Bahagia dan Rejeki, Palolo Foto/Antara (Anas Masa/)

TNLL terus mendorong kelompok masyarakat yang sudah melakukan budidaya untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan kegiatan dimaksud konservasi dan pemberdayaan ekonomo masyarakat dan Balai Besar TNLL sangat mendukungnya.
Sigi,)Antaranews Sulteng) - Tiga desa di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, membudidayakan tanaman anggrek yang merupakan kekayaan alam Cagar Biosefer Lore Lindu.

"Ini suatu bentuk konservasi yang dilakukan masyarakat di sekitar Cagar Biosfer Lore Lindu," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Ir Jusman di Palu, Minggu.

Ketiga desa itu adalah Bahagia, Rejeki, dan Desa Karunia, Kecamatan Palolo yang berada dalam kawasan Cagar Bioesfer Lore Lindu.

Karena itu, pihaknya sangat merespons apa yang telah dilakukan masyarakat di tiga desa di Kecamatan Palolo tersebut.

Apalagi, kata dia, Desa Karunia merupakan salajh satu desa di Kabupaten Sigi yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Lore Lindu.

Cagar Bioesfer Lore Lindu telah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu dari sejumlah cagar biosfer di Indonesia, bahkan dunia pada 1977.

"Dana namanya adalah cagar biosfer Lore Lindu. Satu-satunya di Sulteng sehingga perlu dijaga kelestarian hutan dan alam serta keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya," kata dia.

Tanaman anggrek, lanjut Jusman, jenisnya sangat banyak dan beberapa di antaranya hanya ada di kawasan Cagar Biosfer Lore Lindu sehingga perlu mendapat perhatian semua pihak, termasuk pemerintah dan tentu masyarakat yang ada di sekitarnya.

Konservasi anggrek yang dilakukan kelompok perempuan di Desa Karunia, Bahagia, dan Rejeki untuk menjaga kelestarian alam, hutan, dan berdampak positif terhadap ekonomi masyarakat.

Tanaman anggrek merupakan sumber pendapatan ekonomi masyarakat, jika dikembangkan dengan baik karena harganya cukup mahal dan banyak orang yang menyukainya.

Karena itu, TNLL terus mendorong kelompok masyarakat yang sudah melakukan budidaya untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan kegiatan dimaksud konservasi dan pemberdayaan ekonomo masyarakat dan Balai Besar TNLL akan mendukungnya.

Termasuk, kata dia, bekerja sama antara Fakultas Kehutanan Untad Palu dengan Forest Programme III Sulawesi dan GIZ (Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ).

Forest Programme III merupakan sebuah proyek dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan dukungan pendanaan dari Kementerian Ekonomi dan Pengembanagan Kerjasama Pemerintah Federal Jerman (BMZ) melalui Kreditanstalt fuWiederaufbau/Entwicklungsbank (Kfw) yang tujuan umumnya untuk memberikan kontribusi terhadap strategi implementasi konservasi hutan selain tujuan umum tersebut tujuan program ini adalah implementasi pengolahan bersama dan terpadu lansekap Lore Lindu dan dengan demikian mendukung Indonesia dalam Upaya pengenbangan dan implemintasi konservasi keaneka ragaman hayati dan daerah aliran sungai (DAS) dalam rangka strategi Nasional REDD di Sulawesi Tengah.

Jusman menambahkan beberapa waktu lalu Devisi Pengembangan Kerjasama Pembangunan Kedutaan Besar Federal German untuk Indonesia Dr David Tantow bersama Direktur Program di Deutsche Gesellschaft f?r Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Georg Buchholz menemui Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola membahas kerja sama bilateral antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jerman (BMZ) terkait Program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LKH) Forest and Climate Change Programme (FORCLIME) atau Forest Programme III.

Selama dua hari kunjungannya ke Palu, keduanya sempat melihat proyek rehabilitasi hutan di DAS Desa Baluase, Dolo Barat, Sigi dan lomba budidaya anggrek di tiga desa di Sigi yakni Desa Karunia, Rejeki dan Bahagia, Kecamatan Palolo.

Dan mereka cukup kagum atas kegiatan konservasi dan pemberdayaan ekonomi yang sudah dilakukan sebagai implementasi dari proyek kerja sama dimaksud,

Selanjutnya, mereka mengunjungi obyek wisata telaga tambing di Desa Sedoa dan pengataman burung di Desa Kadua`a Kecamatan Lore Utara serta melihat beberapa situs megalit di Desa Watutau,Kecamatan Lore Piore dan Desa Tamadua di Kecamatan Lore Timur.
.Mr David dari perwakilan Kedutaan Jerman foto bersama anggota kelompok tani anggrek.Foto.Anas Masa/)


                          Pembedayaan
Sementara DR Sri Ningsih dari Fakultas Kehutanan Untad Palu selaku pendamping kegiatan model pengembangan pemberdayaan perempuan melalui konservasi dan budidaya anggrek di Cagar Biosfer Lore Lindu khususnya di tiga desa, yakni Rejeki, Bahagia, dan Karunia, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi mengatakan kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama Forest Programme III, GIZ Jerman, Dinas Kehutanan Sulteng, Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu, dan Untad Palu.

Kegiatan ini sebenarnya baru dilakukan empat bulan terakhir ini dan menurut dia, masyarakat sangat mendukung program dimaksud, terbukti sudah ada beberapa kelompok perempuan di tiga desa itu yang sangat tertarik dengan kegiatan konsrvasi dan pemberdayaan ekonomi melalui budi daya anggrek.

Untuk memberikan semangat dan motivasi agar mereka terus bergairah, maka diadakannya festival dan restocking tanaman angger dipusatkan di Desa Karunia, Kecamatan Palolo.

Paling membanggakan, kata dia, di sela-sela kegiatan tersebut mendapat kenjungan tamu kehormatan dari perwakilan Pemerintah Jerman dipimpin Mr DR David Tantow dan Georg serta Bernd Unger. Hadir Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Jusman.

Ia mengatakan Cagar Biosfer Lore Lindu memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan ini harus dipelihara dengan baik, karena bukan hanya aset pemerintah dan masyarakat Sulteng atau Indonesia, tetapi juga dunia.

Di kawasan Cagar Biosfer Lore Lindu, kata Sri Ningsih, wisudawan terbaik Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga periode September 2017 dengan IPK 3,93 itu terdapat 100 jenis anggrek.

Dari ratusan jenis anggrek tersebut ada beberapa diantaranya yang khas dan hanya ada di Cagar Biosfer Lore Lindu. Dan ada beberapa jenis anggrek lainya yang belum memiliki nama karena masih dalam proses penelitian.

Namun yang pasti, kata dia, baru sebagian kecil tanaman anggrek dari Cagar Biosfer Lore Lindu yang kini sudah mulai dibudidayakan oleh masyarakat
sekitar kawasan.
Foto bersama kelompok masyarakat budidaya anggrek

Budidaya anggrek untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan diharapkan anggrek di dalam kawasan akan semakin meningkat karena dari kegiatan itu sebagian dikembalikan lagi ke kawasan untuk bisa berkambangbiak lebih banyak.

Ia menjelaskan yang melatarbelakangi kegiatan ini karena Cagar Biosfer Lore Lindu memiliki keanekaragaman flora dan fauna sangat besar dan tinggi, salah satunya tanaman anggrek.

Karena itu, untuk melestarikannya masyarakat sekitar diajarkan keterampilan budi daya anggrek agar bisa ikut menjaga cagar biosfer dan ekonomi mereka meningkat melalui kegiatan itu.