Bamako - Satu cabang Al Qaida kini menguasai Mali utara, kata sumber-sumber keamanan Sabtu, sementara gerilyawan itu mulai memberlakukan hukum Islam dan merusak satu makam suci di Timbuktu.
Serangan mengejutkan pada lokasi Warisan Dunia UNESCO itu terjadi saat pihak berwenang berusaha untuk menegakkan kekuasaan atas ibu kota Mali, Bamako, beberapa hari setelah pasukan elit gagal menggeser kelompok perwira junior yang mengambil alih kekuasaan Maret.
"Sekarang ada Al Qaida di wilayah Maghribi (AQIM), yang menduduki satu
posisi dominan di tiga daerah Mali utara berkat bersekutu dengan kelompok Ansar Dine Islam dan arus para petempur dari Tunisia, Libya dan Maroko," kata satu sumber Mauritania kepada AFP.
Kelompok Islam dan suku Tuareg mengambil keuntungan dari kudeta militer 22 Maret di Bamako untuk mendesak pasukan pemerintah ke luar Mali utara, satu daerah seluas Prancis dan Belgia termasuk kota-kota Gao, Kidal dan Timbuktu.
Seorang warga mengatakan para petempur AQIM dari negara-negara lain wilyah itu memasuki kota gurun di daerah utara itu, memberikan bantuan pangan kepada penduduk dan mengatakan mereka datang untuk melakukan perang suci.
"Para anggota AQIM yang didukung Ansar Dine (kelompok Islam bersenjata) menghancurkan makam Saint Sidi (Mahmoud Ben Amar). Mereka membakar makam," kata seorang pejabat yang tidak bersedia namanya disebutkan
kepada AFP.
"Mereka berjanji akan menghancurkan makam-makam lain, Timbuktu terpukul. Kini mereka akan mengambil dan menguasai makam-makam lain dan manuskrip-manuskrip," kata pejabat itu.
Pemerintah peralihan Mali marah atas pengrusakan itu, dan menyebutnya "satu tindakan yang sangat keterlaluan", dalam satu pernyataan yang disiarkan televisi nasional.
Selain masjid-masjid yang bersejarah, di lokasi Warisan Dunia itu terdapat 16 makam dan kuburan besar, kata laman UNESCO.
Di Timbuktu, yang kadang-kadang disebut kota 333 orang suci juga, terdapat hampir 100.000 manuskrip, beberapa di antaranya berasal dari abad ke-12, yang tersimpan di rumah-rumah keluarga dan perpustakaan pribadi yang berada di bawah perawatan para pakar agama.(ANT/AFP)