Palu (Antaranews Sulteng) - Ekonomi Sulawesi Tengah pascamusibah (gempa, tsunami dan lukuefaksi), 28 September 2018 diprediksi tumbuh lebih baik, demikian Dr Ir H hanuddin Artjo, MP, Ketua Ispikani (Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia) Sulawesi Tengah.
Saat dimintai pendapat mengenai prospek ekonomi Sulteng di Palu, Jumat, Hasanuddin Atjo yang juga konsultan FAO untuk Kambodia itu membebarkan dasar analisisnya atas prospek perekonomian Sulteng yang akan membaik itu.
Ada empat faktor yang memberikan optimisme tinggi bahwa ekonomi Sulteng akan membaik pasca bencana ini yakni pertama, kurang dari tiga bulan setelah gempa, tsunami dan likuefaksi itu, aktifitas ekonomi Sulteng, khususnya di Kota Palu, Sigi dan Donggala terlihat menggeliat, lebih cepat dari prediksi sejumlah orang. Transaksi di pasar-pasar tradisional maupun modern (swalayan) kembali berjalan normal.
Kedua, tingginya perhatian pemerintah pusat dan daerah bahkan sejumlah kabupaten, provinsi dan negara memberikan dukungan dalam upaya perbaikan ekonomi dan infrastruktur dasar lainnya
Ketiga, tingginya semangat dan keinginan pemerintah daerah dimulai dari gubernur, bupati/wali kota, legislatif, forkompinda dan seluruh kalangan untuk kuat, bangkit dan maju
Dan keempat, Sulteng lebih terkenal oleh dunia luar karena musibah itu. Di pesawat, kereta api, terminal dan angkutan umum lainnya, bila anda diketahui berasal dari Sulteng atau Palu maka awal dialog selalu didahului bagaimana keadaan Palu atau Sulteng pascamusibah?. Ini memberikan indikasi bahwa Palu dan Sulteng sudah sangat dikenal dan menjadi modal dasar yang kuat untuk lebih mendorong ekonominya.
Menurut Atjo, terkenalnya nama Palu dan Sulteng dapat dimanfaatkan untuk pengenbangan sektor pariwisata dan pangan. Diperlukan sejumlah skenario untuk pengembangan pariwisata. Jadikan kawasan-kawasan terdampak seperti Teluk Palu, Petobo, Balaroa dan Jono sebagai destinasi baru yang akan diintegrasikan dengan destinasi lainnya.
Bila sektor pariwisata berkembang maka kebutuhan pangan seperti seafood dan pangan lainnya akan meningkat. Sejumlah efek domino akan muncul seperti transportasi lokal, akomodasi, pemandu dan sebagainya.
Manado dan Makassar telah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu lokomotif ekonominya. Manado sejak 2017 membuka penerbangan langsung dari China dan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung.
Sebagai contoh tahun 2017 jumlah wisatawan asing China yang berkunjung ke Manado kurang dari 100.000 orang. Selanjutnya pada triwulan pertama 2018 mencapai 39.613 orang. Angka ini meningkat dibanding dengan kunjungan pada triwulan pertama 2017 yaitu 23.906 orang. Wisatawan yang datang didominasi warga Tiongkok (86,52 persen) dan menghabiskan waktu inap rata-rata 3,4 hari. (Sumber BPS, Sulut 2018).
Atjo yang juga Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng itu mengatakan bahwa gambaran diatas kiranya menjadi referensi untuk pengembangan ekonomi sulteng dengan mendorong pariwisata sebagai salah satu lokomotif dan menjadikan kota Palu sebagai salah satu pintu masuk.