BPBD Mamuju dirikan tenda darurat di RS Mitra Manakarra
Mamuju (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat mendirikan tenda darurat bagi pasien di halaman Rumah Sakit Mitra Manakarra, setelah daerah itu terkena dampak Gempa Majene berkekuatan 5,9 magnitudo, Kamis siang.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Mamuju Ali Rachman, ditemui Kamis sore menyatakan, pendirian tenda darurat itu dilakukan atas permintaan pihak RS Manakkarra karena pasien di lantai 2 dan 3 masih trauma dan takut ada gempa susulan.
"Pihak rumah sakit meminta agar didirikan tenda sementara untuk merawat pasien dari lantai dua dan lantai tiga. Gempa tersebut membuat para pasien panik sehingga mereka keluar ke halaman rumah sakit untuk menyelamatkan diri," kata Ali Rachman.
Selain para pasien Rumah Sakit Mitra Manakarra, kepanikan juga dialami para pasien RSUD Regional Provinsi Sulawesi Barat.
Para pasien dan keluarga pasien juga berhamburan ke luar ruang perawatan karena khawatir terjadinya gempa susulan.
"Iya, pasien di RSUD Regional Sulbar juga sempat panik dan ke luar ruangan," ujar Ali Rachman.
Sementara, dari pantauan di halaman RS Mitra Manakarra pada Kamis sore hingga petang, sejumlah pasien dan keluarganya terlihat masih tidak bersedia masuk ke ruang perawatan karena khawatir akan terjadi gempa susulan.
Para petugas dari BPBD Kabupaten Mamuju dibantu beberapa petugas dari rumah sakit, juga terlihat sedang membangun tenda darurat untuk perawatan sementara para pasien yang mengungsi di halaman RS Mitra Manakarra.
"Kami akan tetap bertahan di sini karena masih was-wasa terjadi gempa susulan. Kami akan tetap di sini sampai betul-betul kami anggap aman," kata Kamaruddin (52), salah seorang pasien yang sebelumnya dirawat di kamar 209 lantai 2, RS Mitra Manakarra,
Saat terjadinya gempa, ia mengaku nyaris tertimpa plafon kamar rumah sakit tempatnya dirawat.
"Plafon kamar rumah sakit sempat ambruk dan nyaris menimpa saya. Untungnya, ada keluarga pasien di sebelah saya yang menahan plafon itu sehingga saya berhasil selamat," tuturnya.
"Kami kemudian menyelamatkan diri dan lari ke halaman rumah sakit. Saya tidak lagi merasakan sakit yang penting bisa menyelamatkan diri dari runtuhnya plafon," terang Kamaruddin yang mengaku sudah dirawat di rumah sakit itu selama tiga hari akibat penyakit prostat.
Salah seorang keluarga pasien, Nurmiati mengaku sangat shock mengalami sendiri gempa berkekuatan 5,9 magnitudo tersebut.
"Kami sangat ketakutan sebab guncangan gempa sangat terasa. beberapa bangunan terlihat retak sehingga kami masih takut masuk ke dalam ruang perawatan," ujar Nurmiati.
Sejumlah perawat RS Mitra Manakarra mengatakan, belum bisa memastikan sampai kapan para pasien tersebut akan dikembalikan ke ruang perawatan.
"Mereka (pasien) tidak mau masuk ke ruang perawatan dan meminta dirawat di sini saja. Jadi, kami tidak bisa juga memaksa sebab bisa berdampak pada psikologi para pasien sehingga kami meminta BPBD untuk mendirikan tenda. Ada beberapa dinding tembok rumah sakit yang retak. Kami belum bisa memastikan kerusakan sebab saat ini masih sibuk menangani pasien," kata salah seorang perawat Rumah Sakit Mitra Manakarra.
Gempa tektonik dengan magnitudo 5,9 mengguncang Kabupaten Majene pada Kamis siang sekitar pukul 14.35 WITA.
Gempa yang terletak pada koordinat 2,99 Lintang Selatan dan 118,89 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak empat kilometer arah Barat Laut Kabupaten Majene dengan kedalaman 10 kilometer itu, terasa hingga di Kabupaten Mamuju dan beberapa wilayah lainnya di Sulbar, termasuk di wilayah Sulawesi Selatan.
Gempa susulan dengan magnitudo 4,9 kembali terjadi pada pukul 15.00 WITA.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Mamuju Ali Rachman, ditemui Kamis sore menyatakan, pendirian tenda darurat itu dilakukan atas permintaan pihak RS Manakkarra karena pasien di lantai 2 dan 3 masih trauma dan takut ada gempa susulan.
"Pihak rumah sakit meminta agar didirikan tenda sementara untuk merawat pasien dari lantai dua dan lantai tiga. Gempa tersebut membuat para pasien panik sehingga mereka keluar ke halaman rumah sakit untuk menyelamatkan diri," kata Ali Rachman.
Selain para pasien Rumah Sakit Mitra Manakarra, kepanikan juga dialami para pasien RSUD Regional Provinsi Sulawesi Barat.
Para pasien dan keluarga pasien juga berhamburan ke luar ruang perawatan karena khawatir terjadinya gempa susulan.
"Iya, pasien di RSUD Regional Sulbar juga sempat panik dan ke luar ruangan," ujar Ali Rachman.
Sementara, dari pantauan di halaman RS Mitra Manakarra pada Kamis sore hingga petang, sejumlah pasien dan keluarganya terlihat masih tidak bersedia masuk ke ruang perawatan karena khawatir akan terjadi gempa susulan.
Para petugas dari BPBD Kabupaten Mamuju dibantu beberapa petugas dari rumah sakit, juga terlihat sedang membangun tenda darurat untuk perawatan sementara para pasien yang mengungsi di halaman RS Mitra Manakarra.
"Kami akan tetap bertahan di sini karena masih was-wasa terjadi gempa susulan. Kami akan tetap di sini sampai betul-betul kami anggap aman," kata Kamaruddin (52), salah seorang pasien yang sebelumnya dirawat di kamar 209 lantai 2, RS Mitra Manakarra,
Saat terjadinya gempa, ia mengaku nyaris tertimpa plafon kamar rumah sakit tempatnya dirawat.
"Plafon kamar rumah sakit sempat ambruk dan nyaris menimpa saya. Untungnya, ada keluarga pasien di sebelah saya yang menahan plafon itu sehingga saya berhasil selamat," tuturnya.
"Kami kemudian menyelamatkan diri dan lari ke halaman rumah sakit. Saya tidak lagi merasakan sakit yang penting bisa menyelamatkan diri dari runtuhnya plafon," terang Kamaruddin yang mengaku sudah dirawat di rumah sakit itu selama tiga hari akibat penyakit prostat.
Salah seorang keluarga pasien, Nurmiati mengaku sangat shock mengalami sendiri gempa berkekuatan 5,9 magnitudo tersebut.
"Kami sangat ketakutan sebab guncangan gempa sangat terasa. beberapa bangunan terlihat retak sehingga kami masih takut masuk ke dalam ruang perawatan," ujar Nurmiati.
Sejumlah perawat RS Mitra Manakarra mengatakan, belum bisa memastikan sampai kapan para pasien tersebut akan dikembalikan ke ruang perawatan.
"Mereka (pasien) tidak mau masuk ke ruang perawatan dan meminta dirawat di sini saja. Jadi, kami tidak bisa juga memaksa sebab bisa berdampak pada psikologi para pasien sehingga kami meminta BPBD untuk mendirikan tenda. Ada beberapa dinding tembok rumah sakit yang retak. Kami belum bisa memastikan kerusakan sebab saat ini masih sibuk menangani pasien," kata salah seorang perawat Rumah Sakit Mitra Manakarra.
Gempa tektonik dengan magnitudo 5,9 mengguncang Kabupaten Majene pada Kamis siang sekitar pukul 14.35 WITA.
Gempa yang terletak pada koordinat 2,99 Lintang Selatan dan 118,89 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak empat kilometer arah Barat Laut Kabupaten Majene dengan kedalaman 10 kilometer itu, terasa hingga di Kabupaten Mamuju dan beberapa wilayah lainnya di Sulbar, termasuk di wilayah Sulawesi Selatan.
Gempa susulan dengan magnitudo 4,9 kembali terjadi pada pukul 15.00 WITA.