MUI minta ilmuwan Indonesia jangan anggap enteng prediksi Jakarta tenggelam

id Jakarta tenggelam, Majelis Ulama Indonesia, MUI,Ibu Kota Jakarta, Pemanasan global, Iklim, perubahan iklim

MUI minta ilmuwan Indonesia jangan anggap enteng prediksi Jakarta tenggelam

Warga menumpang mobil bak saat melintasi banjir rob di kawasan Pelabuhan Perikanan Muara Baru, Jakarta, Jumat (28/5/2021). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.

Jakarta (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta para ilmuwan Indonesia tidak menganggap enteng prediksi DKI Jakarta akan tenggelam sebagaimana disampaikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden beberapa hari lalu.

"Pernyataan Joe Biden itu hendaknya jangan kita anggap enteng," ujar Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas dalam pernyataan resminya di Jakarta, Senin.

Sebelumnya, Biden mengatakan bahwa bila perubahan iklim yang ekstrem terjadi di dunia ini, maka Jakarta akan terancam tenggelam dalam 10 tahun ke depan.

Abbas mengatakan kewaspadaan dini para ilmuwan saat ini dibutuhkan agar tidak ada kesan membiarkan persoalan menjadi berlarut-larut hingga kondisi bahaya tampak di depan mata.

Ia berharap agar para pemimpin dan ilmuwan di negeri ini, terutama mereka yang bidang tugas dan keahlian serta keilmuannya memang terkait dengan masalah perubahan iklim dan pemanasan global untuk bersatu melakukan langkah-langkah serta studi.



"Itu untuk disumbangkan kepada dunia dan kepada pemerintah sendiri tentang cara mengantisipasi persoalan tersebut," katanya.

Abbas berpendapat, perubahan iklim itu terjadi karena pesatnya pembangunan di seluruh dunia saat ini meningkatkan peredaran emisi karbon (CO2 emission) yang mendorong terjadinya kenaikan suhu, sehingga iklim pun berubah.

"Hal itu jelas akan menimbulkan dampak katastropik yang mengerikan yang akan bisa mengancam dunia secara keseluruhan terutama negara kita Indonesia dan lebih-lebih lagi (Ibu) Kota Jakarta," katanya.

Menurut Abbas, permukaan tanah di Jakarta menurun setiap tahunnya, sedangkan naiknya permukaan air laut karena pemanasan global menyebabkan mencairnya es yang ada di Kutub Utara dan Selatan.

Oleh karena itu, pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah harus berkoordinasi memikirkan bagaimana Indonesia bisa berkontribusi bersama negara-negara lain di dunia untuk menghambat dan mencegah terjadinya perubahan iklim global tersebut dan mencegah dampak buruk menimpa bangsa Indonesia.



"Kita sebagai bangsa diharapkan juga sudah harus siap dan punya berbagai alternatif dan solusi serta langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dan menghadapi masalah tersebut agar kita bisa meminimalisir resiko dan dampak buruk yang akan menimpa negeri kita akibat dari perubahan iklim dan pemanasan global tersebut terutama (Ibu) Kota Jakarta," kata Abbas.