Wisata kuliner dan warung kopi di tengah sawah diminati warga

id Berita solok, berita sumbar, pemkot solok

Wisata kuliner dan warung kopi di tengah sawah diminati warga

Salah seorang pengunjung tengah menikmati secangkir teh di objek wisata warung kopi sawah, Solok, Sumbar (Antara/Laila Syafarud)

Solok (ANTARA) - Objek wisata kuliner warung kopi sawah di Kelurahan Tanjung Paku, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumbar yang menyediakan berbagai jenis makanan tradisional khas Minangkabau diminati para pengunjung.

Pengelola Objek Wisata Kuliner Warung Kopi Sawah Diki Asnur di Solok, Rabu menyebutkan makanan khas Minangkabau yang disediakan di warung kopi sawah berupa lemang pisang, lepat ketan, dan teh telur. Menu masakan berupa bebek sawah, belut, dan beberapa makanan khas lainnya.

"Kami menyediakan makanan tradisional khas Minangkabau yang saat ini mulai jarang ditemukan di tengah masyarakat dan ternyata banyak diminati wisatawan," kata dia.

Selain itu, Diki memberdayakan masyarakat sekitar untuk menyediakan makanan tersebut. "Kami memesan ke ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Tanjung Paku yang bisa membuat makanan tradisional tersebut," ujar dia.

Warung kopi sawah ini sebelumnya merupakan objek wisata Taman Kitiran yang cukup ramai dikunjungi wisatawan sebelum pandemi COVID-19 dan letaknya pun tidak jauh dari terminal lama Kota Solok.

"Semenjak pandemi COVID-19, konsep wisata Taman Kitiran yang semula berupa eduturizem diubah menjadi konsep wisata kuliner atau Warung Kopi Sawah yang saat ini menjadi salah satu ikon wisata kuliner di Kota Solok," ucap dia.

Menurut dia sebagai penggerak objek wisata mesti melakukan suatu inovasi di tengah pandemi saat ini, kalau tidak ada inovasi bisa tutup sektor pariwisata. Bahkan, semenjak dilakukan perubahan ke warung kopi sawah itu memunculkan peluang baru.

"Dengan demikian, mulai ada peluang baru, mulai ada tenaga kerja, peluang bisnis, terbuka kesempatan untuk mendapatkan pemasukan. Setidaknya bisa bertahan di situasi pandemi COVID-19 ini," ucap dia.

Kendati demikian, ia mengatakan taman kitiran tetap dengan kegiatan eduturizemnya salah satunya tetap mengadakan pelatihan kepemimpinan bagi siswa termasuk kegiatan hidup di alam yang ditawarkan ke sekolah dasar.

"Pada akhir tahun 2020 kembali diminati termasuk konsep wisata, kem tahfiz, minat khusus seperti panahan. Kemudian ketika diberlakukannya kebijakan PPKM pada tahun ini, memang berdampak lagi terhadap sektor pariwisata. Karena harus ditutup tempat wisata dan pengunjung berkurang," kata dia.

Ia berharap pandemi COVID-19 segera berakhir dan ke depannya ia berkeinginan untuk mengembangkan objek wisata itu menjadi desa wisata Tanjung Paku, maka semua potensi yang ada di desa dimaksimalkan seperti di kelurahan Tanjung Paku terdapat beberapa wisata kuliner, wisata membatik, wisata agro, edu tourism, camping ground dan wisata budaya dan cagar budaya.

"Semoga pandemi ini segera berakhir. Kami berharap objek wisata ini terus berkembang yang awalnya hanya berupa satu destinasi objek wisata saja berupa taman kitiran atau warung kopi sawah, diharapkan ke depannya berubah menjadi kawasan desa wisata Tanjung Paku," ujar dia.

Menurut dia saat ini tren perubahan wisata, yakni dari wisata mas turizem menjadi wisata desa. Untuk itu, mesti memaksimalkan potensi yang ada di desa.

"Di Tanjung Paku, kami sedang pendekatan menuju desa wisata, dari pokdarwis taman kitiran saat ini sudah menjadi desa wisata kampung wisata Tanjung Paku. Bahkan sudah mendapatkan SK dari pemerintah Kota Solok," ujar dia.

Ia bersyukur dukungan dari pemerintah untuk pengembangan objek wisata di Kota Solok cukup bagus, pemerintah selalu melibatkan desa wisata Tanjung Paku dalam kegiatan kepariwisataan termasuk memfasilitasi terbentuknya kepengurusan desa wisata. Kemudian membantu pengadaan fasilitas, berupa alat kesenian, dan lainnya.