Tradisi silaturahmi Idul Fitri di Jepara berlangsung semarak
Jepara (ANTARA) - Tradisi saling kunjung dari rumah ke rumah warga di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah berlangsung semarak pada Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah.
Pantauan ANTARA suasana Lebaran di Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, masih melakukan silaturahmi secara langsung atau open house pada hari pertama Idul Fitri 1443 Hijriah, Senin meski masih dalam masa pandemi COVID-19.
Usai salat Idul Fitri hingga sore hari, warga terlihat berkeliling kampung dari rumah ke rumah untuk bersilaturahmi dengan berkendaraan sepeda motor maupun jalan kaki secara rombongan.
Sementara di jalan utama Jepara-Pati, juga terlihat lalu lalang warga berjalan kaki maupun berkendara roda dua untuk bersilaturahmi dan mayoritas merupakan warga yang berpakaian Muslim sebagai ciri khas untuk bersilaturahmi ke rumah-rumah yang lazim dilaksanakan ketika Hari Raya Idul Fitri.
Pintu rumah warga juga terlihat terbuka dan di dalamnya tersedia aneka makanan yang memang disediakan untuk para tamu. Terlihat pula rombongan keluarga yang bercengkerama di jalan ketika tengah berpapasan dengan temannya dan saling berjabat tangan dan tak satupun yang mengenakan masker.
"Tahun ini memang berbeda dengan tahun sebelumnya, karena masyarakat beranggapan kasus corona mulai berkurang sehingga berani membuka diri menerima tamu yang hendak bersilaturahmi," kata Suharnoko di Jepara, Senin.
Idul Fitri tahun ini, kata dia, memang lebih ramai, dibandingkan Lebaran tahun lalu karena sebelumnya banyak rumah-rumah warga yang menutup rapat pintu rumahnya khawatir tidak bisa menolak tamu yang datang.
Warga berani bersilaturahmi secara langsung, kata dia, karena menganggap virus corona juga sudah jarang ditemukan di desanya.
Tradisi ziarah kubur juga ramai pengunjung, terutama H-1 Lebaran sehingga tempat parkir Makam Umum Dukuh Bengkok, Desa Kelet penuh sesak kendaraan roda dua maupun roda empat. Kondisi tersebut berbeda dengan tahun lalu sepi peziarah karena kasus corona masih tinggi.
Santi, warga desa Kelet lainnya mengakui tidak khawatir berkeliling kampung untuk bersilaturahmi dari satu rumah warga ke rumah warga lainnya.
"Masker memang saya bawa, tetapi karena banyak yang tidak memakai ya ikut-ikutan ndak memakai. Saya berdoa semoga sehat semua dan tidak ada yang tertular virus corona," ujarnya.
Setelah salat Idul Fitri, dia juga berziarah ke makam bersama keluarga besarnya karena memang menjadi tradisi setiap tahun, sehingga kesempatan mudik Lebaran dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Diperbolehkannya mudik Lebaran, mendorong masyarakat berani menggelar tradisi yang biasa dilakukan sebelum ada pandemi. Mulai dari takbir keliling hingga salat Idul Fitri dengan saf salat berjamaah dirapatkan setelah sebelumnya harus berjarak lantaran tren kasus menurun.
Pantauan ANTARA suasana Lebaran di Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, masih melakukan silaturahmi secara langsung atau open house pada hari pertama Idul Fitri 1443 Hijriah, Senin meski masih dalam masa pandemi COVID-19.
Usai salat Idul Fitri hingga sore hari, warga terlihat berkeliling kampung dari rumah ke rumah untuk bersilaturahmi dengan berkendaraan sepeda motor maupun jalan kaki secara rombongan.
Sementara di jalan utama Jepara-Pati, juga terlihat lalu lalang warga berjalan kaki maupun berkendara roda dua untuk bersilaturahmi dan mayoritas merupakan warga yang berpakaian Muslim sebagai ciri khas untuk bersilaturahmi ke rumah-rumah yang lazim dilaksanakan ketika Hari Raya Idul Fitri.
Pintu rumah warga juga terlihat terbuka dan di dalamnya tersedia aneka makanan yang memang disediakan untuk para tamu. Terlihat pula rombongan keluarga yang bercengkerama di jalan ketika tengah berpapasan dengan temannya dan saling berjabat tangan dan tak satupun yang mengenakan masker.
"Tahun ini memang berbeda dengan tahun sebelumnya, karena masyarakat beranggapan kasus corona mulai berkurang sehingga berani membuka diri menerima tamu yang hendak bersilaturahmi," kata Suharnoko di Jepara, Senin.
Idul Fitri tahun ini, kata dia, memang lebih ramai, dibandingkan Lebaran tahun lalu karena sebelumnya banyak rumah-rumah warga yang menutup rapat pintu rumahnya khawatir tidak bisa menolak tamu yang datang.
Warga berani bersilaturahmi secara langsung, kata dia, karena menganggap virus corona juga sudah jarang ditemukan di desanya.
Tradisi ziarah kubur juga ramai pengunjung, terutama H-1 Lebaran sehingga tempat parkir Makam Umum Dukuh Bengkok, Desa Kelet penuh sesak kendaraan roda dua maupun roda empat. Kondisi tersebut berbeda dengan tahun lalu sepi peziarah karena kasus corona masih tinggi.
Santi, warga desa Kelet lainnya mengakui tidak khawatir berkeliling kampung untuk bersilaturahmi dari satu rumah warga ke rumah warga lainnya.
"Masker memang saya bawa, tetapi karena banyak yang tidak memakai ya ikut-ikutan ndak memakai. Saya berdoa semoga sehat semua dan tidak ada yang tertular virus corona," ujarnya.
Setelah salat Idul Fitri, dia juga berziarah ke makam bersama keluarga besarnya karena memang menjadi tradisi setiap tahun, sehingga kesempatan mudik Lebaran dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Diperbolehkannya mudik Lebaran, mendorong masyarakat berani menggelar tradisi yang biasa dilakukan sebelum ada pandemi. Mulai dari takbir keliling hingga salat Idul Fitri dengan saf salat berjamaah dirapatkan setelah sebelumnya harus berjarak lantaran tren kasus menurun.