Palu (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Profesor Kiai Haji Zainal Abidin menyatakan Idul Fitri menjadi representatif atas kesyukuran dan kebahagiaan bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
"Idul Fitri menjadi tanda kesyukuran dan kegembiraan mereka atas kemenangan yang diperoleh setelah berjuang di bulan suci Ramadhan," ucap Zainal Abidin, di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat.
Zainal yang merupakan Guru Besar sekaligus Pakar Pemikiran Islam Modern Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu mengemukakan bahwa kegembiraan itu telah diisyaratkan oleh Rasululllah SAW dalam satu hadits yang artinya "Ada dua kegembiraan orang yang berpuasa, gembira di saat berbuka puasa (lebaran) dan gembira di saat bertemu dengan Tuhannya di hari kemudian".
Mereka yang bergembira usai berpuasa selama Ramadhan, ujar dia, mengekspresikan kegembiraan itu dengan mengumandangkan takbir, tahlil, tahmid, dan zikir sejak terbenamnya matahari pada hari terakhir puasa hingga 1 Syawal.
"Kegembiraan ini bukan dirayakan dengan pesta pora dan menghabiskan uang miliaran. Melainkan dirayakan dengan kegiatan-kegiatan ibadah, seperti membayar zakat, berzikir dan sholat Idul Fitri," ujarnya.
Selain bergembira, ujar dia, juga diliputi oleh rasa haru dan sedih atas kepergian bulan Ramadhan.
Kata dia, sekalipun Ramadhan telah berlalu, namun ia telah membina integritas dan kepribadian, sehingga dapat kembali pada kesucian/fitrah, dengan mengenal jati diri sebagai hamba Allah yang mengemban amanah kekhalifahan di muka bumi.
Ia menerangkan bulan Ramadhan telah mendidik manusia untuk merasakan kehadiran dan kebersamaan dengan Allah SWT di manapun kita berada dan dalam kondisi apapun.
Di samping itu, ujar dia, Ramadhan telah mendidik untuk melaksanakan ketaatan, serta Ramadhan telah mendidik untuk melaksanakan segala aktivitas dengan ikhlas.
Selain itu, Zainal menerangkan, Ramadhan juga mengajarkan untuk meningkatkan silaturahim sesama manusia. Bukan hanya sesama manusia, melainkan, hubungan manusia dengan alam dan Tuhan.
"Dan terpenting adalah Ramadhan mendidik untuk menumbuhkan rasa empati terhadap sesama manusia tanpa melihat latar belakang apapun," ungkapnya.