Kemenko Marves targetkan 30 ribu peserta World Water Forum di Bali
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengundang 32 kepala negara dan menargetkan kehadiran 30 ribu peserta dalam World Water Forum (WWF) ke-10, yang digelar di Nusa Dua, Bali, pada 18-24 Mei 2024.
"Sebanyak 30.000 peserta ini kami menargetkan dari 180 negara, 250 organisasi, sebagian besar masuk dalam anggota WWC. Sesinya ada 214 yang terbagi menjadi tematik, dan lainnya," kata Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan (PLK) Kemenko Marves Nani Hendiarti dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Nani mengatakan WWF merupakan forum internasional yang pendekatannya komprehensif, bukan hanya dari sisi pembahasan tematik tapi juga regional dan politik.
Hingga saat ini, Kemenko Marves bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Panitia Nasional sudah melakukan serangkaian persiapan dan koordinasi untuk mempersiapkan agenda berskala internasional ini.
"Pak Menko Marves sudah melaporkan agenda ini kepada Bapak Presiden, bersama Menteri PUPR," tambah Nani.
Untuk mendukung penyelenggaraan WWF ke-10, Presiden Jokowi sudah mengeluarkan Keppres Nomor 1 Tahun 2023. Hingga kini, persiapan dilakukan secara paralel dengan melakukan rapat koordinasi mengecek kesiapan.
Sebagai penguatan, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan telah mengeluarkan Kepmenko tentang Tim Kerja Pendukung Panitia Penyelenggara WWF ke-10 Tahun 2024.
Lebih lanjut, Nani menjelaskan isu tentang air telah menjadi perhatian dunia internasional sejak beberapa tahun terakhir ini. Bahkan, isu ini juga dibicarakan pada penyelenggaraan Konferensi para pihak konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (Conference of the Parties 28 atau COP28) di Dubai, Uni Emirat Arab.
"COP28 mendesak negara dan para pihak untuk mempercepat tindakan cepat pada skala dan di semua tingkat, dari lokal hingga global untuk secara signifikan mengurangi kelangkaan air terkait iklim, meningkatkan ketangguhan terhadap bencana terkait air, dan mewujudkan pasokan air yang tahan iklim serta akses terhadap air layak minum yang terjangkau," imbuhnya.
Menurut Nani, isu air penting dibahas karena keterkaitannya dengan ketahanan pangan. Oleh karena itu, penyelenggaraan WWF ke-10 ini dengan tema utama "Water for Shared Prosperity" menjadi momentum bagi Indonesia memberikan aksi nyata kepada dunia internasional.
"Tahun lalu Indonesia telah sukses menyelenggarakan G20 dan KTT AIS Forum. Tidak hanya sukses dalam penyelenggaraan tapi juga dari sisi substansi. Di sini Indonesia mendapat kepercayaan internasional menjadi tuan rumah WWF ke-10 tahun ini, dan bersama World Water Council (WWC) untuk mensukseskan penyelenggaraan forum internasional ini," ujarnya.
Ada enam subtema dalam penyelenggaraan WWF ke-10, yakni water security and prosperity; water for human and nature; disaster risk reduction and management; governance, cooperation and hydro-diplomacy; sustainable water finance; dan knowledge and innovation.
"Tema ini akan menjadi basis pembahasan substansi WWF. Selanjutnya ada proses politik yang melibatkan kepala negara, ministerial, dan lainnya. Ini akan menghasilkan output tertinggi yakni ministerial declaration yang merupakan living document dan legacy dari WWF ke-10," jelas Nani
Selain enam isu atau tema tematik yang telah ditentukan, akan diusulkan tiga isu terkait pada Ministerial Declaration. Pertama, Water services funding to mitigate climate change-induced water-related disaster in the Archipelagic & Island States; kedua, pembentukan Centre of Excellence on Water and Climate Resilience; dan ketiga, pengusulan World Lake Day.
Dalam konteks pengelolaan air, berbagai upaya telah dikoordinasikan oleh Kemenko Marves, diantaranya pengelolaan DAS Citarum, pengurangan sampah plastik laut, dan penyelamatan 15 danau prioritas.
"Sebanyak 30.000 peserta ini kami menargetkan dari 180 negara, 250 organisasi, sebagian besar masuk dalam anggota WWC. Sesinya ada 214 yang terbagi menjadi tematik, dan lainnya," kata Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan (PLK) Kemenko Marves Nani Hendiarti dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Nani mengatakan WWF merupakan forum internasional yang pendekatannya komprehensif, bukan hanya dari sisi pembahasan tematik tapi juga regional dan politik.
Hingga saat ini, Kemenko Marves bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Panitia Nasional sudah melakukan serangkaian persiapan dan koordinasi untuk mempersiapkan agenda berskala internasional ini.
"Pak Menko Marves sudah melaporkan agenda ini kepada Bapak Presiden, bersama Menteri PUPR," tambah Nani.
Untuk mendukung penyelenggaraan WWF ke-10, Presiden Jokowi sudah mengeluarkan Keppres Nomor 1 Tahun 2023. Hingga kini, persiapan dilakukan secara paralel dengan melakukan rapat koordinasi mengecek kesiapan.
Sebagai penguatan, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan telah mengeluarkan Kepmenko tentang Tim Kerja Pendukung Panitia Penyelenggara WWF ke-10 Tahun 2024.
Lebih lanjut, Nani menjelaskan isu tentang air telah menjadi perhatian dunia internasional sejak beberapa tahun terakhir ini. Bahkan, isu ini juga dibicarakan pada penyelenggaraan Konferensi para pihak konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (Conference of the Parties 28 atau COP28) di Dubai, Uni Emirat Arab.
"COP28 mendesak negara dan para pihak untuk mempercepat tindakan cepat pada skala dan di semua tingkat, dari lokal hingga global untuk secara signifikan mengurangi kelangkaan air terkait iklim, meningkatkan ketangguhan terhadap bencana terkait air, dan mewujudkan pasokan air yang tahan iklim serta akses terhadap air layak minum yang terjangkau," imbuhnya.
Menurut Nani, isu air penting dibahas karena keterkaitannya dengan ketahanan pangan. Oleh karena itu, penyelenggaraan WWF ke-10 ini dengan tema utama "Water for Shared Prosperity" menjadi momentum bagi Indonesia memberikan aksi nyata kepada dunia internasional.
"Tahun lalu Indonesia telah sukses menyelenggarakan G20 dan KTT AIS Forum. Tidak hanya sukses dalam penyelenggaraan tapi juga dari sisi substansi. Di sini Indonesia mendapat kepercayaan internasional menjadi tuan rumah WWF ke-10 tahun ini, dan bersama World Water Council (WWC) untuk mensukseskan penyelenggaraan forum internasional ini," ujarnya.
Ada enam subtema dalam penyelenggaraan WWF ke-10, yakni water security and prosperity; water for human and nature; disaster risk reduction and management; governance, cooperation and hydro-diplomacy; sustainable water finance; dan knowledge and innovation.
"Tema ini akan menjadi basis pembahasan substansi WWF. Selanjutnya ada proses politik yang melibatkan kepala negara, ministerial, dan lainnya. Ini akan menghasilkan output tertinggi yakni ministerial declaration yang merupakan living document dan legacy dari WWF ke-10," jelas Nani
Selain enam isu atau tema tematik yang telah ditentukan, akan diusulkan tiga isu terkait pada Ministerial Declaration. Pertama, Water services funding to mitigate climate change-induced water-related disaster in the Archipelagic & Island States; kedua, pembentukan Centre of Excellence on Water and Climate Resilience; dan ketiga, pengusulan World Lake Day.
Dalam konteks pengelolaan air, berbagai upaya telah dikoordinasikan oleh Kemenko Marves, diantaranya pengelolaan DAS Citarum, pengurangan sampah plastik laut, dan penyelamatan 15 danau prioritas.