Tombolotutu Layak Jadi Pahlawan Nasional

id Tombolotutu

Tombolotutu Layak Jadi Pahlawan Nasional

Arajang atau senjata perang, salah satu peninggalan sejarah yang dikirim oleh Katamangkau Bone Kepada Tombolotutu melalui Olongian Bolano Pada tahun 1870, disimpan oleh Elisia (70), Warga Bolano, cucu Olongian Bolano. (Antarasulteng.com/Jeprin S. Paudy)

Kami mengumpulkan dan mencocokkan informasi tertulis...
Palu  (antarasulteng.com) - Akademisi Universitas Tadulako (Untad) Palu Dr Lukman Nadjamuddin mengatakan, Tombolotutu layak diusulkan menjadi pahlawan nasional.

"Kami mengumpulkan dan mencocokkan informasi tertulis, serta melakukan Fokus Group Discussion (FGD) di Kecamatan Moutong, Kabupaten Parigi Moutong, Selasa (28/11)," kata Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untad tersebut, yang dihubungi dari Palu, Kamis.

Kegiatan itu kata Lukman, sebagai upaya klarifikasi dengan mengumpulkan masyarakat, untuk mencocokkan informasi tertulis, yang banyak menggunakan istilah-istilah Belanda. Apakah ada atau tidaknya dengan kecocokan di lapangan.

FGD itu mengangkat tema, Bara Perlawanan di Teluk Tomini, Perjuangan Melawan Belanda.

Menurutnya, ada sejumlah indikator mengapa Tombolotutu layak diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Di antaranya, ketersediaan sumber tertulis pada zamannya yang cukup banyak, sehingga memberi informasi secara konprehensif tentang perlawanan Tombolotutu menantang Pemerintah Belanda.

"Tentu saja itu dilengkapi dengan sumber-sumber tulisan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Sehingga bisa disinergikan atau disatukan, antar sumber Belanda baik tulisan, maupun sumber lisan yang dimiliki masyarakat," tuturnya.

Lukman menjelaskan, dari sisi waktu, perjuangan Tombolotutu berdasarkan catatan cukup lama, sekitar tahun 1891, dan terus mengalami perubahan yang lebih besar hingga berakhir pada tahun 1904.

"Yang menarik sebenarnya, meskipun Tombolotutu sudah meninggal seperti yang dijelaskan dalam berbagai sumber-sumber tertulis pada tanggal 17 Agustus 1901, tetapi para kader dan pengikut-pengikutnya tetap melakukan perlawanan kepada Belanda," jelasnya.

Indikator lain yakni hingga saat ini, Sulawesi Tengah belum ada yang berhasil diusulkan menjadi Pahlawan Nasional.

"Sebelumnya sudah pernah ada beberapa diusulkan, tapi terkendala persyaratan, seperti data yang kurang lengkap hingga soal regulasi yang mensyaratkan soal kewarganegaraan," ungkapnya.

Selain itu, secara geografis dan strategi, Tombolotutu melakukan perlawanan terhadap Belanda dalam jangkauan yang luas, sampai mengarungi lautan Teluk Tomini hingga ke Togean Ampana.

Di Ampana, Tombolotutu melakukan gerakan-gerakan anti Belanda. Selama perjalanan itu, tidak luput dari intaian dan pengejaran Belanda dan tidak bisa ditangkap.

Lalu sampai ke Pantai Barat, melintasi selat Makassar melintasi gunung sampai ke Donggala.

Dari sisi strategi, Tombolotutu mengembangkan perang gerilya. Keluar masuk hutan, bahkan melewati lautan masuk di sela-sela teluk yang dirasa aman dan sukar ditembus oleh Pemerintah Belanda.

Apa yang dipraktekkan Jenderal Soedirman dalam melakukan perang gerilya, telah dilakukan oleh Tombolotutu. Saya kira sejumlah indikator itu yang menjadi dasar, Tombolotutu layak diusulkan menjadi Pahlawan Nasional,? ujarnya.

Dia menegaskan, perjuangan Tombolotutu melawan Pemerintah Belanda tak hanya sekadar cerita. Sumber sejarah mencatat banyak hal, seperti perang Katabang Raja Basar di Lobu Moutong, Perang Dodoe di Gio Atas, Perang Bolano di Benteng Bajo dan Perang Dunduan di Tomini Popa.

Yang menarik kata Lukman, ketika Belanda menurunkan Pasukan Marsose untuk menumpas Perlawanan Tombolotutu. Marsose adalah pasukan khusus atau pasukan elit Belanda yang pernah diturunkan saat perang Diponegoro dan perang Aceh. Kala itu, pasukan Marsose yang diturunkan untuk menumpas perlawanan Tombolotutu kurang lebih berjumlah 170 pasukan.

"Meski dengan kekuatan sekelas Pasukan Marsose, Belanda tidak pernah berhasil menupas Tombolotutu," tutup Lukman. (skd)