Palu (antarasulteng.com) - Perairan laut Sulawesi Tengah memiliki potensi besar untuk menghasilkan cumi-cumi bila nelayan diperlengkapi dengan perlatan tangkap yang memadai serta pembinaan manajemen kelompok usaha bersama (KUB) nelayan lebih baik.
"Dengan alat seadanya, Sulteng bisa menghasilkan antara 1.500 sampai 1.800 ton cumi-cumi setiap tahun, apalagi kalau alat tangkapnya lebih baik," kata DR Muhammad Nofal, peneliti kesejahteraan nelayan dari Fakultas Pertanian Universitas Tadulako (Untad) Palu, Senin.
Menurut Noval, dua kawasan perairan yang paling banyak menyumbang cumi-cumi yakni Teluk Tolo, khususnya di wilayah Kabupaten Morowali dan Morowali Utara yang menyumbang sebesar 37 persen serta Teluk Tomini, di sekitar Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 33 persen.
Peralatan yang digunakan nelayan untuk menangkap cumi-cumi, katanya, cukup sederhana, hanya pancing dengan kapal yang kecil dan sedang, namun sudah bisa menghasilkan tangkapan yang lumayan.
Hasil tangkapan kebanyakan di jual ke pasar dan sebagian lagi ditampung oleh pembeli cumi-cumi yang umumnya beroperasi di Kabupaten Banggai.
Menurut Noval, bila pemerintah memberikan bantuan alat tangkap yang lebih memadai, potensi cumi-cumi Sulteng bisa lebih tergarap dan memberi kontribusi yang lebih signifikan di pasar domestik bahkan internasional.
"Tidak perlu khawatir soal pasar karena semua negara di lima benua tercatat sebagai pengonsumsi cumi-cumi," ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa Indonesia memproduksi hampir 50.000 ton cumi-cumi setiap tahun dan negara utama tujuan ekspor cumi-cumi adalah Korea, Hongkong, China, Vietnam, Jepang serta sebagian negara Eropa, Afrika dan Amerika Serikat.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah Hasanuddin Atjo membenarkan bahwa potensi cumi-cumi di daerahnya sangat besar namun belum tergarap secara maksimal.
Pihaknya telah mempunyai program untuk mengadakan kapal khusus penangkap cumi-cumi yang diharapkan bisa direalisasikan pada tahun 2015. Karena itu, DKP Sulteng menjalin kerja sama dengan Untad untuk melakukan penelitian tentang cumi-cumi, khususnya lokasi perairan yang paling potensial menghasilkan cumi-cumi serta kondisi kelembagaan, sosial dan budaya nelayan di kawasan itu.
DKP Sulteng juga sudah mengirim tim khusus yang terdiri atas para nelayan, pejabat terkait di DSKP Sulteng dan akademisi serta wartawan untuk melakukan studi banding penangkapan dan penyimpanan cumi-cumi di Pelabuhan Perikanan Muara Angke, Jakarta Utara, pada januari 2014.
Investasi untuk membangun satu unit kapal khusus penangkap cumi-cumi yang telah dilengkapi dengan gudang pembekuan (air blast freezer-ABF) dan gudang pendingin (cold storage) mencapai Rp3,5 sampai Rp4 miliar.
(R007/B008)
Sulteng Berpotensi Besar Penghasil Cumi-cumi
Investasi untuk membangun satu unit kapal khusus penangkap cumi-cumi yang telah dilengkapi dengan gudang pembekuan (air blast freezer-ABF) dan gudang pendingin (cold storage) mencapai Rp3,5 sampai Rp4 miliar.