Jakarta (ANTARA) - Digital & PR Director Vivo Indonesia, Fachryansah Farandy, mengatakan penjualan perangkat Vivo "dinamis" selama pandemi COVID-19.
"Di saat yang normal penjualan selalu dinamis efeknya ketika terjadi pandemi lebih dinamis, bisa turun, naik, naik lagi, turun lagi, shifting-nya benar-benar secara besar," ujar Fachry dalam temu media virtual, Rabu.
"Kita masih melihat di kuartal ini, kita tidak bisa menyimpulkan secara total naik atau turun, sangat dinamis dibandingkan masa normal," dia menambahkan.
Lebih lanjut, Fachry mengatakan penjualan mayoritas masih terjadi secara offline. Meski begitu, dikarenakan penjualan yang dinamis, kurva penjualan secara online juga meningkat.
Melihat hal itu, Vivo memberlakukan SOP dalam operasi tokonya. Mulai dari memantau kebersihan toko dengan menyemprotkan disinfektan, selalu menekankan untuk cuci tangan dan melakukan cek suhu tubuh pada karyawan, juga cek ksesehatan bagi promotor, serta memberlakukan physical distancing dalam toko.
Tidak hanya itu, Vivo juga menghadirkan program layanan untuk mengantar perangkat ke rumah, serta program perpanjang garansi dari service center, sebagai upaya memenuhi kebutuhan konsumen.
Dalam laporan lembaga riset pasar IDC Indonesia yang dirilis belum lama ini, Vivo untuk pertama kalinya memimpin pasar ponsel pintar di Indonesia pada kuartal pertama 2020.
Berdasarkan data IDC Indonesia, mengatongi pangsa pasar antara 25 persen hingga 30 persen, meski pun pengiriman ponsel menurun akibat pandemi virus corona.
Menurut Fachry hal itu dapat dicapai karena Vivo selalu memastikan produk agar selalu tersedia dan mudah didapatkan di pasar.
"Kita selalu menjaga ketersediaan produk kita, balance supply and demand strategy. Stok manajemen salah satu kunci sukses juga untuk mencapai target yang kita inginkan," ujar Fachry.
Penjualan ponsel Vivo naik turun selama pandemi COVID-19
Di saat yang normal penjualan selalu dinamis efeknya ketika terjadi pandemi lebih dinamis, bisa turun, naik, naik lagi, turun lagi, shifting-nya benar-benar secara besar