Kebahagiaan warga Desa Walandano nikmati air bersih tanpa berjalan jauh lagi berkat PKBI JMK OXFAM

id Sulteng ,Sandi ,PKBI JMK OXFAM,Palu,Donggala

Kebahagiaan warga Desa Walandano nikmati air bersih tanpa berjalan jauh lagi berkat PKBI JMK OXFAM

Ditemani Lead Recovery PKBI JMK OXFAM, Yospina Liku La’bi (kiri), salah seorang warga Desa Walandano, Kaci (kanan) kini sudah mencuci pakaian di depan rumahnya karena tugu kran air yang dibangun PKBI JMK OXFAM tepat di depan rumahnya, Minggu (25/10). (ANTARA/HO-Tim Media dan Komunikasi PKBI JMK OXFAM)

Donggala (ANTARA) - Pagi itu, Minggu (25/10) cuaca sangat cerah ketika tim menitoring program dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang tergabung dalam konsorsium Jejaring Mitra Kemanusiaan (JMK) yang bermitra dengan lembaga donor internasional OXFAM turun ke Desa Walandano untuk melihat langsung progres pekerjaan beberapa sektor di desa itu, salah satunya adalah rehabilitasi jaringan air bersih.

Desa Walandano adalah salah satu desa dari delapan desa di Kecamatan Balaesang Tanjung Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah yang mendapatkan pendampingan program dari PKBI JMK OXFAM.

Secara geografis, desa tersebut terletak sebelah utara Donggala dengan luas kurang lebih 31,27 kilometer persegi  dan bisa ditempuh kurang lebih tiga jam dari Kota Palu, ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah.
 
Mayoritas warga Desa Walandano adalah petani kebun, pedagang dan nelayan, yang merupakan sumber utama mata pencaharian untuk menopang ekonomi keluarga. Desa ini terbagi menjadi 3 dusun dengan jumlah penduduk 1.898 jiwa dari 330 Kepala Keluarga (KK).

Sejak dulu hingga saat ini, Desa Walandano hanya memiliki tiga sungai yakni Sungai Lambagu di Dusun 1, Sungai Anja di Dusun 2 dan Sungai Lewonu di Dusun 3.

Dari tiga sungai ini, masing – masing memiliki debit air yang tidak terlalu besar dan jarak sungainya cukup jauh dari pemukiman warga.

Puluhan tahun warga Desa Walandano, hidup dengan mengandalkan air dari tiga sungai itu. Untuk bisa mendapatkan air dari sungai di sana warga harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 2 kilometer. Air yang mereka ambil disimpan di jerigen.

Warga harus mengambil air berkali – kali untuk ditampung di rumahnya sehingga jika terjadi banjir warga masih memiliki persediaan air di rumah.

Dengan jarak kurang lebih 2 kilometer berjalan kaki membuat warga sangat kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih utamanya untuk mandi, mencuci pakaian dan mencuci piring kotor.

Sebenarnya ada air bersih yang diadakan oleh pemerintah desa, namun sering kali tidak lancar mengalir.

Warga tidak bisa berharap terus – menerus dari sumber air desa itu. Karena itu, warga lebih memilih menghemat air itu untuk dimasak dan diminum ketimbang keperluan lainnya.

Sedangkan untuk kebutuhan mandi, mencuci pakaian dan piring kotor, warga harus mengambilnya di sungai meskipun harus bolak balik karena harus ditampung.    

Namun, setelah adanya rehabilitasi atau perbaikan jaringan air dari PKBI JMK OXFAM sebagai respon terhadap bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi di Palu, Sigi dan Donggala (PASIGALA) dimana Desa Walandano adalah salah satu desa yang mendapat bantuan perbaikan jaringan air bersih, kini warga di desa itu tidak kekurangan air bersih lagi.

“Setelah adanya perbaikan jaringan air bersih dari PKBI JMK OXFAM, desa kami ini sudah melimpah air bersih. Bahkan jaringan airnya hingga ke depan rumah warga,” ujar Kaci (62), Warga Desa Walandano.

Dengan adanya jaringan pipa air yang sampai ke depan rumahnya, kini Kaci tak perlu lagi berjalan kaki hingga dua kilo meter mengambil air untuk kebutuhan mandi, mencuci pakaian dan mencuci piring kotor. Kebetulan Kaci termasuk salah satu warga yang beruntung, karena pembangunan tuga kran air tepat di depan rumahnya.

“Setiap pagibanyak ibu–ibu yang datang mencuci pakaian dan piring kotor di tuga air ini,” katanya.

Kaci sangat bersukur dan berterima kasih atas bantuan jaringan air bersih yang diberikan PKBI JMK OXFAM karena dengan adanya bantuan itu, kini warga Desa Walandano tak perlu lagi berjalan kaki hingga 2 kilometer hanya untuk mengambil air.

Warga Desa Walandano lainnya, Harumi (70) tahun juga mengutarakan hal yang sama. Dia mengatakan, sebelum adanya perbaikan jaringan air bersih dari PKBI JMK OXFAM, setiap hari warga harus berjalan kaki untuk mengambil air.

Warga harus bolak balik mengambil air untuk ditampung, sehingga jika terjadi bajir warga masih punya persediaan air bersih.

“Alhamdulilah, setelah adanya jaringan air bersih yang sampai kedepan rumah – rumah warga, kini kami tak perlu jauh – jauh lagi mengambil air. Cukup keluar rumah, sudah ada air bersih,” ujar warga Desa Walandano ini sembari mencuci wajahnya dengan air di depan rumahnya.

Jaringan air bersih yang dibangun PKBI JMK OXFAM itu tidak hanya dinikmati warga karena berada di depan rumah mereka, namun juga dialirkan ke kran air di masjid desa itu untuk keperluan air wudhu bagi yang melaksanakan salat di masjid.

“Awalnya kami ragu mengalirkan air ke masjid, karena harus menyambungnya langsung dari pipa PKBI JMK OXFAM.
Namun setelah kami meminta izin kepada kepala desa dan diizinkan, kami lalu menyambung langsung air dari pipa JMK ke bak dan kran air di masjid, sehingga air di masjid kini juga sudah melimpah,” kata Ketua Pembangunan Masji Desa Walandano, Irfan.

Irfan mengaku besarnya tekanan air yang masuk membuat beberapa kran air di masjid terpaksa haru terus dibuka karena khawatir jika semua tugu kran yang ada ditutup oleh warga bisa jadi pipa air pecah karena tidak adanya pembungan air.

Beberapa warga juga terlihat menggunakan air dari tugu kran untuk mencampur semen buat pembangunan rumah. Kebetulan di Desa Walandano banyak warga yang mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk kategori rumah rusak berat dan rusak sedang, sehingga pembangunannya dimulai dari pondasi.

“Air dari pipa PKBI JMK OXFAM ini juga sering digunakan warga untuk mencapur semen untuk bangunan, karena airnya sangat deras mengalir melalui pipa,” ujar Wakil Ketua Komite Air Desa Walandano, Tasrin.

Bersama anggota komite air lainnya Tasrin mengaku rutin mengecek jalur pipa sampai ke sumbe penangkapan air untuk memastikan airnya tetap mengalir ke tugu – tugu kran di perkampungan. Tak jarang dia harus pergi sendirian, jika anggota komite sibuk semua.

Tasrin berharap setelah adanya penyerahan jaringan pipa itu dari PKBI JMK OXFAM, Pemerintah Desa bisa bisa membuatkan leraturan desa (Perdes) sebagai payung hukum penggunaan air, serta payung hukum dari komite air untuk mengurus pemeliharaan dan distribusi air kepada semua warga.

“Kita sudah sampaikan kepada kades agar dibuatkan perda, agar jaringan air bersih dari PKBI JMK OXFAM ini terus dapat dimanfaatkan warga karena sudah ada payung hukumnya,” ujarnya.

Dia berharap, di dalam Perdes nanti tidak hanya mengatur terkait pemanfaatan air serta pemeliharaan, tapi juga mengatur tugas dan tanggungjawab komite air, sehingga anggota komite air dapat mengatur pemanfaatan air karena telah memiliki payung hukum.

“Kalau sudah ada perdes tentang air bersih dari PKBI JMK OXFAM ini, maka komite air juga sudah punya payung hukum untuk mengatur pemeliharaan dan pemanfaatan air,” tandasnya