Karang Taruna-Tagana Parigi Moutong bantu warga terpapar COVID-19
Parigi (ANTARA) - Organisasi Karang Taruna dan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, ikut berpartisipasi dengan memberikan bantuan kepada warga terpapar COVID-19 khususnya yang menjalani isolasi mandiri.
"Iya, kami ikut terlibat. Kami melakukan ini atas kesadaran karena situasi ini sangat memprihatinkan," kata Ketua Karang Taruna Parigi Moutong Ariesto yang dihubungi di Parigi, Sabtu.
Ia menjelaskan keterlibatan organisasi kepemudaan dan Tagana ini menyalurkan bantuan sembako sekitar tujuh paket dan penyemprotan cairan disinfektan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat menyasar tujuh titik rumah warga yang sedang melakukan isolasi mandiri.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan, di Kota Parigi terdapat tujuh warga yang sedang isolasi mandiri karena terpapar virus corona, sehingga perlu dibantu.
"Apa yang kami lakukan ini baru tahap awal. Tidak menutup kemungkinan KSI sosial ini terus berlanjut," ujar Ariesto.
Ia memaparkan, bantuan paket sembako diberikan kepada warga bersumber dari dana swadaya anggota Karang Taruna meski nilainya tidak seberapa, paling tidak dapat meringankan beban mereka yang sedang menjalani pemulihan.
Ia juga mengimbau, masyarakat jangan menganggap sepele protokol kesehatan (prokes), karena saat ini belum ada obat khusus COVID-19, sehingga prokes menjadi hal penting untuk dipatuhi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik beraktivitas di luar rumah maupun di tengah keluarga.
"Kita wajib menjaga kesehatan diri masing-masing, sebab saat ini banyak orang sakit dan daya tampung Rumah Sakit sudah terbatas karena membludaknya pasien yang di rawat," ucap Ariesto yang juga Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial (linjamsos) Dinas Sosial Parigi Moutong.
Menurutnya, situasi saat ini diperlukan empati masyarakat saling bahu membahu membatu sesama, meski pemerintah juga telah mengintervensi dengan berbagai bantuan sosial (bansos).
"Masyarakat perlu bersinergi dengan pemerintah dalam upaya mencegah dan mengendalikan wabah penyakit ini, termasuk pihak swasta. Langkah-langkah antisipasi sudah harus dipikirkan sebelum terjadi lonjakan kasus yang lebih tinggi," demikian Ariesto.
"Iya, kami ikut terlibat. Kami melakukan ini atas kesadaran karena situasi ini sangat memprihatinkan," kata Ketua Karang Taruna Parigi Moutong Ariesto yang dihubungi di Parigi, Sabtu.
Ia menjelaskan keterlibatan organisasi kepemudaan dan Tagana ini menyalurkan bantuan sembako sekitar tujuh paket dan penyemprotan cairan disinfektan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat menyasar tujuh titik rumah warga yang sedang melakukan isolasi mandiri.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan, di Kota Parigi terdapat tujuh warga yang sedang isolasi mandiri karena terpapar virus corona, sehingga perlu dibantu.
"Apa yang kami lakukan ini baru tahap awal. Tidak menutup kemungkinan KSI sosial ini terus berlanjut," ujar Ariesto.
Ia memaparkan, bantuan paket sembako diberikan kepada warga bersumber dari dana swadaya anggota Karang Taruna meski nilainya tidak seberapa, paling tidak dapat meringankan beban mereka yang sedang menjalani pemulihan.
Ia juga mengimbau, masyarakat jangan menganggap sepele protokol kesehatan (prokes), karena saat ini belum ada obat khusus COVID-19, sehingga prokes menjadi hal penting untuk dipatuhi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik beraktivitas di luar rumah maupun di tengah keluarga.
"Kita wajib menjaga kesehatan diri masing-masing, sebab saat ini banyak orang sakit dan daya tampung Rumah Sakit sudah terbatas karena membludaknya pasien yang di rawat," ucap Ariesto yang juga Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial (linjamsos) Dinas Sosial Parigi Moutong.
Menurutnya, situasi saat ini diperlukan empati masyarakat saling bahu membahu membatu sesama, meski pemerintah juga telah mengintervensi dengan berbagai bantuan sosial (bansos).
"Masyarakat perlu bersinergi dengan pemerintah dalam upaya mencegah dan mengendalikan wabah penyakit ini, termasuk pihak swasta. Langkah-langkah antisipasi sudah harus dipikirkan sebelum terjadi lonjakan kasus yang lebih tinggi," demikian Ariesto.