Akademisi: Kurikulum Merdeka perlu mengakomodasi mitigasi bencana

id arifuddin m arif,pendidikan aman bencana,pengurangan risiko bencana,akademisi ftik,uin palu

Akademisi:  Kurikulum Merdeka perlu mengakomodasi mitigasi bencana

Akademisi FTIK UIN Palu Dr Arifuddin menyampaikan materi pada kegiatan Focus Group Disccusion (FGD) Penguatan Literasi Kebencanaan Berbasis Kearifan Lokal yang dilaksanakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Palu, Kamis (13/10/2022). (ANTARA/HO)

Palu (ANTARA) - Akademisi Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan (FTIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Dr Arifuddin M. Arif menyatakan Kurikulum Merdeka yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi perlu mengakomodasi pendidikan mitigasi bencana berbasis kearifan lokal.

"Literasi dan edukasi kebencanaan pada semua level masyarakat termasuk pada satuan pendidikan sangat penting dilakukan secara terstruktur dan massif, sebagai konsekuensi logis kita hidup di Tanah Air yang rentan bencana, dan di atas patahan sesar Palu Koro khususnya wilayah Sulteng," kata Dr Arifuddin pada kegiatan Focus Group Disccusion (FGD) Penguatan Literasi Kebencanaan Berbasis Kearifan Lokal yang dilaksanakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Palu, Kamis.

Arifuddin yang juga Wakil Dekan Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga FTIK UIN Datokarama mengatakan integrasi pendidikan mitigasi bencana berbasis kearifan lokal ke dalam Kurikulum Merdeka, sebagai bentuk penguatan terhadap Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

Pakar Pendidikan dan Pembelajaran FTIK ini menguraikan, terdapat lima strategi penguatan edukasi dan literasi kebencanaan pada sektor pendidikan, yaitu pembelajaran secara terintegrasi dengan kurikulum, pendidikan ekstrakurikuler, pembudayaan literasi, dan kegiatan simulasi.

Menurut dia, tujuan penguatan literasi dan edukasi kebencanaan melalui lima strategi tersebut, untuk memberi informasi pengetahuan pada peserta didik tentang kebencanaan di lingkungan wilayah di mana ia hidup dan mengembangkan kehidupannya.

"Di samping itu, juga untuk memberi pemahaman pada peserta didik tentang perlindungan secara sistematis berdasarkan karakteristik, kondisi geologis, geografis, sosio-kultural, dan potensi terjadinya, tanda-tanda serta penyebab bencana di lingkungan (wilayah) tempat tinggalnya," kata Dr Arifuddin yang merupakan penyusunan Naskah Akademik Pergub Sulteng Tentang SPAB.

Selain itu, lima strategi itu, menurut dia, bertujuan untuk membekali peserta didik melalui practical training bagaimana melindungi dirinya dan bagaimana mereka merespon bencana tersebut secara cepat dan tepat.

"Adapun penguatan literasi kebencanaan dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka, saya kira lebih terbuka lagi karena ruang dan peluang penguatannya dapat dikembangkan dalam perumusan learning outcome dan dirumuskan dalam modul ajar dengan pendekatan seperti project based learning," ujarnya.

Apalagi, dalam konteks Kurikulum Merdeka, sebut dia, salah satu dimensi profil pelajar Pancasila adalah berkearifan lokal. Maka, penguatan literasi dan edukasi kebencanaan yang digali dan bersumber dari pengetahuan lokal masyarakat sangat mendukung, bukan saja pada dimensi kearifan lokal tetapi juga karakter kesiapsiagaan.

Dr Arifuddin M. Arif menjadi narasumber dalam kegiatan FGD tersebut menyampaikan materi tentang "penguatan literasi kebencanaan berbasis kearifan lokal dalam implementasi kurikulum merdeka.

Akademisi FTIK UIN Palu Dr Arifuddin pada kegiatan Focus Group Disccusion (FGD) Penguatan Literasi Kebencanaan Berbasis Kearifan Lokal yang dilaksanakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Palu, Kamis (1/10). (ANTARA/HO)

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Akademisi: Kurikulum Merdeka perlu mengakomodasi mitigasi bencana