Alkitab Bahasa Mori diluncurkan, Delis: tumbuhkan iman dan lestarikan budaya

id Morut

Alkitab Bahasa Mori diluncurkan, Delis: tumbuhkan iman dan lestarikan budaya

Bupati Morut Delis J. Hehi saat memberikan sambutan di Acara peluncuran Alkitab bahasa Mori. ANTARA/HO- MCDD Pemda Morut

Korowalelo, Sulteng (ANTARA) - Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) meluncurkan dan mendistribusikan 5.000 buku Alkitab atau kitab suci umat Kristen yang telah diterjemahkan dalam bahasa Mori, suku yang mendiami Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.

"Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, atas nama LAI, saya meluncurkan dan mendistribusikan Alkitab dalam bahasa Mori agar dapat mendekatkan umat kepada Tuhan, dan dimana firman Tuhan diberitakan di sana umatNya menjadi berkat, Amin," ucap Pdt. Dr Anwar Cen, Phd, Kepala Departemen Penerjemahan LAI dalam kata-kata peluncurannya.

Dengan peluncuran ini, maka Alkitab Bahasa Mori kini telah tersedia untuk Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Sebelumnya, digunakan Alkitab bahasa Mori hanya terjemahan baru namun telah semakin langka ditemukan dan hampir tidak pernah lagi dipakai dalam peribadatan umat Kristen Mori. 

Acara yang dihadiri Bupati Morut Delis J. Hehi dan istri serta para pejabat kabupaten setempat serta Wakil Ketua Sinode GKST Pdt Dr Tertius Lantigimo, para pendeta dari berbagai gereja, camat dan para kepala desa itu berlangsung di Gereja GKST Jemaat Pa'antorini, Korowalelo, Kecamatan Lembo, Senin (31/10) yang bertepatan dengan Hari Reformasi Gereja.

Acara yang dihadiri sekitar 500 jemaat yang seluruhnya menggunakan pakaian adat Mori dari berbagai anak suku, tokoh-tokoh gereja serta sejumlah pejabat LAI dan para penerjemah ini diawali dengan ibadah syukur yang dipimpin Sekretaris Umum Sinode GKST Pdt Jetroson Rense, M.Th.

Pendeta Jetroson memimpin jemaat untuk membaca sejumlah ayat dalam Alkitab bahasa Mori Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tersebut. Proses penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Mori ini berlangsung selama 15 tahun, melibatkan sembilan penerjemah.

Menurut penjelasan LAI, untuk tahap pertama ini, telah dicetak sebanyak 5.000 eksemplar dan akan dibagikan secara gratis kepada umat Kristen di Morowali Utara. 

"Belum ada stok untuk dijual di toko-toko buku, namun kami berencana untuk menggelar kegiatan bhakti sosial untuk membagikan Alkitab ini dengan sumbangan sukarela dari masyarakat Mori," ujar Marto Waeari, salah seorang penerjemah.

Bupati Morut Delis J. Hehi dalam sambutannya mengatakan bahwa peluncuran Alkitab dalam bahasa Mori ini memiliki dua manfaat utama yakni pertama, untuk menguatkan iman dan kepercayaan umat kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat atau jalan keselamatan.

Kedua, melalui penerjemahan Alkitab ini, kita akan melestarikan budaya dan bahasa mori khususnya di kalangan generasi muda mori yang saat ini semakin banyak yang tidak mengetahui atau tidak bisa menggunakan bahasa mori.

Sedangkan Wakil Ketua Sinode GKST Pendeta Tertius Lantigimo, Phd mengatakan Alkitab dalam bahasa daerah ini perlu dikembangkan karena bahasa daerah adalah bahasa batin atau bahasa ibu sehingga para pembacanya akan lebih memahami dan meresapi arti setiap kalimat karena disampaikan dengan budaya.

"Kalau baca Alkitab bahasa Indonesia, terasa terlalu formal, tapi kalau baca dalam bahasa daerah akan lebih akrab sehingga lebih mudah dipahami," ujarnya.

Acara peluncuran Alkitab bahasa Mori ini ditandai dengan kirab tokoh agama dan warga jemaat di dalam Desa Korowalelo serta tari-tarian khas daerah 'lumense' yang disajikan remaja gereja setempat.

Pada kesempatan itu, Bupati Morowali Utara yang didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Febriyanthi Hongkiriwang membantu pembangunan gedung baru gereja GKST Jemaat Pa'antorini Korowalelo sebesar Rp50 juta dan menyaksikan pameran berbagai jenis Alkitab yang diterbitkan LAI.