Prevalensi stunting di Parigi Moutong turun di angka 27,4 persen 2022

id Stunting, tengkes, pemkabparimo, sekdaparimo, Zulfinasran, Sulteng, kekerdilan,Prevalensi stunting Parigi Moutong,Preval

Prevalensi stunting di Parigi Moutong turun di angka 27,4 persen 2022

Sekretaris Daerah Kabupaten Parigi Moutong, Zulfinasran. ANTARA/Moh Ridwan

Parigi, Sulteng (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah menyebutkan prevalensi stunting atau tengkes di kabupaten itu tahun 2022 menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) turun di angka 27,4 persen dibandingkan 2021 berada di angka 31,7 persen.

 

"Prevalensi stunting di kabupaten ini turun 4,3 persen. Prestasi ini tentu tidak terlepas dari peran semua pihak yang terlibat," kata Sekretaris Daerah Parigi Moutong Zulfinasran di Parigi, Selasa.

 

Ia menjelaskan, empat tahun terakhir penurunan prevalensi itu sangat signifikan, dimana pada 2019 jumlah kasus sebanyak 4.093 anak, tahun 2020 turun menjadi 3.805 anak, kemudian 2021 terus tertekan menjadi 2.858 anak dan 2022 jumlah prevalensi turus menunjukkan arah yang positif tersisa 2.378 anak.

 

Oleh karena itu, jajaran Pemkab Parigi Moutong dan mitra kerja diminta tetap konsisten mengawal langkah-langkah percepatan penurunan prevalensi dengan mengoptimalkan berbagai program dan kegiatan yang sudah disusun bersama.

 

"Keberhasilan ini adalah kerja keras kita semua, dan saya berpesan kepada seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Parigi Moutong untuk tidak berpuas diri atas capaian ini. Anak atau balita yang sudah terlepas dari kategori stunting wajib tetap di pantau pertumbuhannya, karena kondisi ini bisa saja berbalik bila kita tidak optimal melakukan intervensi," tuturnya.

 

Menurut, aksi konvergensi harus tetap menjadi acuan dalam upaya penanganan, termasuk di dalamnya penyuluhan kepada ibu hamil, pasangan usia subur dan calon pengantin serta pencegahan pernikahan di usia dini.

 

Karena pernikahan di usia yang terlalu muda, bayi dilahirkan sangat rentan terkena stunting menurut pandangan medis.

 

"Pencegahan penting dilakukan sejak dari pra pernikahan, melalui bimbingan konseling supaya saat menikah dan persalinan, fisik serta mental betul-betul sudah sudah siap," demikian Zulfinasran.