Dinkes Palu: Keluarga pondasi utama cegah anak terkena stunting
Palu (ANTARA) -
Dinas Kesehatan Kota Palu, Sulawesi Tengah mengatakan keluarga merupakan pondasi utama dalam menjaga anak supaya tidak terkena stunting atau tengkes dengan menjaga pola makan dan pemenuhan gizi.
"Guna menguatkan pondasi itu maka dibutuhkan intervensi pemerintah dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan dengan memberikan asupan gizi yang cukup melalui bantuan pangan maupun makanan tambahan kepada bayi di bawah dua tahun (badut) maupun ibu hamil," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu Rochmat Jasin saat menghadiri kegiatan sesi pengembangan keluarga dalam pencegahan stunting di Palu, Rabu.
Menurut dia, peran keluarga menjaga kualitas gizi anak melalui bentuk pola makan yang baik, memastikan akses terhadap gizi yang cukup, maupun memberikan stimulasi yang optimal bagi perkembangan fisik dan mental anak.
Sehingga upaya pencegahan tidak hanya dilakukan dari satu sumber, dibutuhkan kolaborasi pemerintah, masyarakat, maupun dunia usaha supaya langkah menekan prevalensi stunting dapat tercapai dengan baik.
"Pentingnya peran keluarga dalam pembentukan generasi masa depan yang sehat dan cerdas. Pencegahan stunting dimulai dari 1.000 hari pertama kehidupan," ujarnya.
Melalui kegiatan sesi pengembangan keluarga sebagai program kolaborasi, tidak hanya membuka layanan pemenuhan gizi maupun penanganan kesehatan, tetapi juga di dalamnya ada layanan pencatatan sipil pembuatan Kartu Identitas Anak (KIA) maupun akta lahir.
Termasuk di dalamnya layanan jaminan sosial menyasar warga yang masuk dalam Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai salah satu bentuk intervensi pencegahan dan pengendalian stunting, kemudian Dinas Pengandaian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) bertugas melakukan penyuluhan dan edukasi kepada keluarga, remaja maupun calon pengantin.
"Intervensi Dinkes melalui program pemberian makanan tambahan kepada baduta maupun ibu hamil, termasuk pemberian tablet tambah darah secara ekstensif pada ibu hamil sejak enam bulan menuju persalinan," ucapnya.
Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023, angka prevalensi stunting Kota Palu 24,7 persen dari tahun sebelumnya 23,9 persen atau meningkat 0,8 persen.
"Pemkot Palu optimistis dapat menekan prevalensi, karena program kolaborasi sangat masif dilakukan. Pada awal 2023, intervensi pemenuhan gizi kami lakukan terhadap 146 baduta terkena stunting selama tiga bulan, mengalami perubahan signifikansi terhadap 144 baduta, tinggi badannya meningkat dan gizinya uga menjadi baik, sehingga terlepas dari stunting," tutur Rochmat.