Museum Nasional identifikasi 243 koleksi terdampak kebakaran gedung
Jakarta (ANTARA) - Tim Khusus Penanganan Unit Museum Nasional Indonesia (MNI) mengidentifikasi 243 koleksi dari 817 koleksi terdampak usai insiden kebakaran gedung kompleks museum tersebut.
Pelaksana tugas Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (MCB) Ahmad Mahendra dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Rabu, mengatakan tim tersebut terus bekerja dan berupaya penuh menangani proses evakuasi, identifikasi dan restorasi koleksi benda serta bangunan bersejarah.
“Ruangan pameran koleksi pra-sejarah, perunggu dan sebagian terakota telah berhasil di evakuasi, dan kami sudah mulai mengevakuasi ruangan koleksi keramik. Tenaga ahli tambahan untuk tim identifikasi juga kita galakkan guna mempercepat proses tahapan identifikasi. Hingga hari ini terdapat 243 koleksi yang berhasil kami identifikasi”, ujar Mahendra.
Bersamaan dengan berjalannya proses percepatan evakuasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus menjalin komunikasi intensif dengan para ahli, komunitas, dan mitra di dalam dan luar negeri dalam merancang rencana pemulihan MNI dan perbaikan kualitas museum dan cagar budaya secara umum.
Rangkaian diskusi rencana pemulihan MNI dan peninjauan langsung ke MNI bersama dengan para ahli arkeolog, antropolog, budaya, sejarah, kurator dan akademisi telah mulai dilakukan pada tanggal 23 September lalu.
Rencana pemulihan MNI akan dibagi menjadi beberapa tahap. Setelah tahap penyelamatan koleksi yang terdampak didokumentasikan dan diidentifikasi, identifikasi kerusakan bangunan MNI yang juga merupakan bangunan yang terklasifikasi sebagai Cagar Budaya akan dilaksanakan.
“Para Tenaga Ahli Cagar Budaya Nasional sedang melakukan beberapa kajian dan analisa untuk memberikan rekomendasi penanganan cagar budaya kepada Kemendikbudristek. Nantinya akan ada audit keseluruhan bangunan MNI melalui studi kelayakan bangunan, kajian keseluruhan bangunan yang terdiri dari kajian arsitektural, struktural, material, pengamanan gedung, dan lain sebagainya," lanjut Mahendra.
Ia mengatakan Selasa (26/9) juga dilaksanakan pertemuan bersama World Bank untuk mendiskusikan perancangan Disaster Risk Management Plan atau program dan asesmen risiko terhadap bencana khusus untuk museum dan cagar budaya.
Program ini dilakukan untuk mempersiapkan Museum dan Cagar Budaya di Indonesia dalam menanggulangi potensi dan tantangan bencana yang dihadapi, ujarnya.
“Bersama dengan World Bank, kami akan berkolaborasi untuk menyusun program dan rencana kerja tanggap darurat terhadap bencana pada museum dan cagar budaya. Program ini juga akan menggunakan Pedoman Cagar Budaya Tangguh Bencana yang diterbitkan Ditjen Kebudayaan pada tahun 2023 sebagai referensi awal”, tutup Mahendra.
Pelaksana tugas Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (MCB) Ahmad Mahendra dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Rabu, mengatakan tim tersebut terus bekerja dan berupaya penuh menangani proses evakuasi, identifikasi dan restorasi koleksi benda serta bangunan bersejarah.
“Ruangan pameran koleksi pra-sejarah, perunggu dan sebagian terakota telah berhasil di evakuasi, dan kami sudah mulai mengevakuasi ruangan koleksi keramik. Tenaga ahli tambahan untuk tim identifikasi juga kita galakkan guna mempercepat proses tahapan identifikasi. Hingga hari ini terdapat 243 koleksi yang berhasil kami identifikasi”, ujar Mahendra.
Bersamaan dengan berjalannya proses percepatan evakuasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus menjalin komunikasi intensif dengan para ahli, komunitas, dan mitra di dalam dan luar negeri dalam merancang rencana pemulihan MNI dan perbaikan kualitas museum dan cagar budaya secara umum.
Rangkaian diskusi rencana pemulihan MNI dan peninjauan langsung ke MNI bersama dengan para ahli arkeolog, antropolog, budaya, sejarah, kurator dan akademisi telah mulai dilakukan pada tanggal 23 September lalu.
Rencana pemulihan MNI akan dibagi menjadi beberapa tahap. Setelah tahap penyelamatan koleksi yang terdampak didokumentasikan dan diidentifikasi, identifikasi kerusakan bangunan MNI yang juga merupakan bangunan yang terklasifikasi sebagai Cagar Budaya akan dilaksanakan.
“Para Tenaga Ahli Cagar Budaya Nasional sedang melakukan beberapa kajian dan analisa untuk memberikan rekomendasi penanganan cagar budaya kepada Kemendikbudristek. Nantinya akan ada audit keseluruhan bangunan MNI melalui studi kelayakan bangunan, kajian keseluruhan bangunan yang terdiri dari kajian arsitektural, struktural, material, pengamanan gedung, dan lain sebagainya," lanjut Mahendra.
Ia mengatakan Selasa (26/9) juga dilaksanakan pertemuan bersama World Bank untuk mendiskusikan perancangan Disaster Risk Management Plan atau program dan asesmen risiko terhadap bencana khusus untuk museum dan cagar budaya.
Program ini dilakukan untuk mempersiapkan Museum dan Cagar Budaya di Indonesia dalam menanggulangi potensi dan tantangan bencana yang dihadapi, ujarnya.
“Bersama dengan World Bank, kami akan berkolaborasi untuk menyusun program dan rencana kerja tanggap darurat terhadap bencana pada museum dan cagar budaya. Program ini juga akan menggunakan Pedoman Cagar Budaya Tangguh Bencana yang diterbitkan Ditjen Kebudayaan pada tahun 2023 sebagai referensi awal”, tutup Mahendra.