Palu (ANTARA) -
Istiharah (21), seorang mahasiswa sekaligus peserta JKN dari segmen Mandiri kelas III, menceritakan pengalamannya melawan pulpitis, sebuah peradangan pada bagian dalam gigi yang menyebabkan rasa nyeri hebat.
Istiharah mengaku penyakitnya bermula pada Juni 2024 ketika ia merasakan sakit gigi ringan yang awalnya diabaikan.
Namun, keesokan harinya, rasa sakit semakin memburuk, disertai pembengkakan di pipi, sehingga ia memutuskan untuk memeriksakan diri ke Puskesmas Birobuli.
“Saya pikir hanya sakit gigi biasa, jadi saya hiraukan saja. Tapi pada 11 Juni 2024, rasa sakitnya tak tertahankan dan pipi saya mulai bengkak. Atas saran kakak, saya memutuskan ke puskesmas dengan menggunakan BPJS Kesehatan karena tidak dikenakan biaya,” ujarnya saat ditemui, Rabu (30/10).
Istiharah yang awalnya berencana langsung pergi ke rumah sakit menyadari bahwa langkah awal pemeriksaan di puskesmas adalah solusi tepat. Menurutnya, pelayanan di Puskesmas Birobuli sangat baik, dimulai dari pendaftaran hingga pemeriksaan oleh dokter gigi.
“Saat tiba di puskesmas, saya diarahkan ke tempat pendaftaran. Setelah menunggu, dokter gigi menjelaskan bahwa gigi saya berlubang parah hingga menyebabkan pembengkakan gusi. Dokter tidak langsung mengambil tindakan pencabutan, tetapi memberikan obat-obatan seperti mefenamic acid, amoxicillin trihydrate, dan dexamethasone untuk meredakan peradangan,” jelas Istiharah.
Pulpitis adalah kondisi serius yang sering disebabkan oleh gigi berlubang yang tidak segera ditangani. Penyakit ini dapat mengakibatkan rasa nyeri hebat dan komplikasi lain jika tidak mendapatkan penanganan medis yang tepat.
Istiharah mengaku penyebab pasti penyakitnya kurang diketahui, tetapi lubang pada giginya telah ada sejak lama.
“Saya tidak tahu persis penyebabnya, mungkin karena gigi saya sudah lama berlubang. Sakitnya kadang muncul tiba-tiba, tapi awalnya masih bisa saya tahan hingga akhirnya memburuk,” tambahnya.
Sebagai peserta JKN Mandiri kelas III, Istiharah merasakan manfaat besar dari BPJS Kesehatan. Seluruh proses pengobatan, termasuk konsultasi dan obat-obatan, ditanggung tanpa biaya tambahan. Ia mengungkapkan rasa syukur atas kemudahan yang diberikan, terutama sebagai mahasiswa yang merantau jauh dari kampung halaman.
“Sebagai mahasiswa perantau, saya sangat terbantu. Semua proses administrasi berjalan lancar, dan pelayanan yang diberikan sangat baik. Dokter bahkan memberikan edukasi mengenai cara menjaga kesehatan gigi agar kejadian serupa tidak terulang,” kata Istiharah dengan penuh syukur.
Istiharah juga menyampaikan harapan agar BPJS Kesehatan terus hadir untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Menurutnya, program ini telah memberikan dampak besar, terutama bagi kalangan seperti dirinya yang memiliki keterbatasan finansial.
“Saya berharap BPJS Kesehatan tetap ada dan terus berkembang. Program ini sangat membantu, terutama dalam situasi darurat. Saya ingin semua orang, terutama mahasiswa seperti saya, merasakan manfaat yang sama,” tutupnya.
Kisah Istiharah menjadi bukti nyata bahwa BPJS Kesehatan memainkan peran penting dalam memberikan akses layanan kesehatan yang memadai bagi seluruh lapisan masyarakat. Dengan kepedulian dan pelayanan yang profesional, program ini mampu memberikan rasa aman dan dukungan kepada para pesertanya. (tm/aq)