Palu (ANTARA) - Sebanyak 17 ekor burung maleo (Macrocephalon maleo) hasil penangkaran yang dilakukan PT Donggi Senoro LNG (DSLNG), dilepasliarkan ke habitatnya di Taman Suaka Margasatwa Bakiriang, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Siaran pers PT DSLNG yang dikutip di Palu, Jumat, menyebutkan bahwa pelepasliaran yang juga untuk memperingati Hari Bumi, 22 April 2019 tersebut, merupakan tradisi sejak penangkaran maleo dimulai pada 2013.
Pelepasliaran satwa endemik Sulawesi yang terancam punah itu dilakukan bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah.
Secara keseluruhan, DSLNG telah melepasliarkan 85 anakan maleo hasil konservasi ex situ.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) No. 180/IV-KKH/2015, populasi burung maleo di alam diperkirakan tersisa kurang dari 600 ekor. Untuk itu, pemerintah menargetkan pertumbuhan populasi maleo 10 persen atau 55 ekor dalam setiap lima tahun atau 11 ekor setiap tahun.
Melalui konservasi ex situ, DSLNG menjadi perusahaan swasta pertama yang turut berperan penting dalam upaya peningkatan populasi itu.
CSR Manager DSLNG Pandit Pranggana mengemukakan upaya konservasi maleo oleh DSLNG wujud komitmen perusahaan untuk ikut menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
"Dengan pelepasliaran anakan maleo hasil konservasi, perusahaan turut membantu upaya peningkatan populasi maleo di alam melebihi target yang ditetapkan pemerintah," ujarnya.
Pusat konservasi ex situ maleo didirikan pada 2013 di lokasi kilang LNG Donggi Senoro untuk membantu pemerintah meningkatkan populasi satwa yang menjadi salah satu ikon Sulawesi itu.
Sejak program konservasi dijalankan, DSLNG telah melepasliarkan 85 anakan maleo hasil konservasi dari telur-telur sitaan yang diserahkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah.
Baca juga: 13 anak maleo hasil tangkaran PT.DSLNG dilepas ke habitatnya
Baca juga: DSLNG kembali lepasliarkan 17 ekor maleo di Suaka Margasatwa Bakiriang
Baca juga: Maleo di penangkaran DSLNG sempat bertelur, jantan-betina berhasil diidentifikasi
Telur-telur sitaan itu kemudian diinkubasi hingga menetas dan tumbuh di kandang-kandang yang tersedia di Maleo Center. Anakan Maleo yang berumur 2-3 bulan itu kemudian dilepasliarkan ke habitat alaminya.
Selain sebagai fasilitas konservasi, Maleo Center DSLNG yang dikembangkan atas kerja sama dengan ahli dari Univbersitas Tadulako Palu itu, juga menjadi sarana edukasi lingkungan bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas.
Berita Terkait
Pjs Bupati Banggai kunjungi Maleo Center DSLNG, apresiasi upaya jaga habitat Maleo
Selasa, 22 Oktober 2024 8:45 Wib
Intensifkan gerakan Jumantik cegah kasus DBD
Senin, 2 September 2024 20:12 Wib
Imigrasi Banggai permudah layanan imigrasi lewat Maleo Single Window
Selasa, 9 Juli 2024 10:55 Wib
Kelompok bermain PAUD Zulfikar Dachlan kunjungi Maleo Center DSLNG
Rabu, 12 Juni 2024 15:28 Wib
KPU Provinsi Sulteng pilih burung Maleo sebagai maskot Pilkada 2024
Selasa, 28 Mei 2024 9:32 Wib
Menparekraf minta Pemda jaga kelestarian burung Maleo di Provinsi Sulteng
Sabtu, 2 Desember 2023 22:40 Wib
Hadiri Festival Mombowa Tumpe, Sandiaga Uno berpesan lestarikan maleo
Sabtu, 2 Desember 2023 20:38 Wib
SDIT Madani kunjungi fasilitas Maleo Center dan CLC DSLNG
Senin, 25 September 2023 16:00 Wib