Proyek jalan layang Pantoloan bernilai Rp85 miliar beroperasi Januari 2020 (vidio)

id Jalan layang,fly over,pantoloan,BPJN XIV

Proyek jalan layang Pantoloan bernilai Rp85 miliar beroperasi Januari 2020 (vidio)

Kepala Satker II Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Palu Tri Bakti Mulianto (kedua kanan) memberikan penjelasan kepada jurnalis terkait pembangunan fly-over Pantoloan sepanjang 904 meter yang dibiayai APBN 2019 senilai Rp85 miliar di lokasi proyek belum lama ini. (ANTARA/Rolex Malaha)

"Kita memang melakukan pengawasan yang sangat ketat siang dan malam. Para pekerja hampir setiap hari bekerja lembur sampai tengah malam. Semua item pekerjaan dilaksanakan secara terencana dan terukur setiap hari," ujar Anto
Palu (ANTARA) - Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Januari 2020 akan memiliki jalan layang (fly-over) pertama di Sulawesi Tengah yang dibangun dengan menerapkan teknologi baru dan diharapkan menjadi faktor pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi di ibu kota Sulteng ini.

"Insya Allah 31 Desember 2019, proyek ini selesai dan fungsional," kata Kepala Satker II Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Tri Bakti Mulianto yang ditemui di lokasi proyek fly over Pantoloan, Minggu.

Proyek bernilai Rp85 miliar yang bersumber dari APBN 2019 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini dikerjakan oleh kontraktor PT. Pasifik Nusa Indah dengan masa kontrak mulai 24 Juni 2019 dan berakhir 31 Desember 2019.

"Banyak orang kurang yakin bahwa proyek infrastruktur strategis ini bisa selesai dikerjakan dalam tempo enam bulan. Bahkan Wakil Menteri PUPR Jhon Wempi Wetipo sempat terkejut setelah mendapat laporan bahwa masa konstruksi proyek ini hanya enam bulan," ujar Anto, panggilan akrab Tri Bakti Mulianto.

Menurut dia, penyelesaian fisik proyek sepanjang 904 meter ini sudah sekitar 65 persen. Sisanya optimistis selesai karena pekerjaan-pekerjaan berat seperti pemasangan girder, abutmen, dan oprit dengan pengecoran beton ringan mortar busa) sudah selesai.

"Tinggal pekerjaan-pekerjaan ringan saja seperti pengaspalan dan perapihan jalan," ujarnya.
 


Jalan layang (fly-over) Pantoloan, kata Anto yang didampingi Project Officer Aldino Angga, menggunakan teknologi mortar busa atau timbunan ringan berupa campuran antara semen, air dan pasir busa yang akan digunakan menimbun oprit (kepala jembatan). Mortar busa memiliki beberapa keunggulan yakni bahannya lebih kuat dan padat namun lebih ringan dibandingkan dengan timbunan pilihan, sehingga lebih sesuai dengan daya dukung tanah, khususnya di Kota Palu yang memiliki risiko besar terjadi gempa bumi.

"Penggunaan teknologi ini ikut mempercepat pelaksanaan pekerjaan dibanding menggunakan timbunan pilihan pada umumnya," ujarnya.

Jalan layang dibangun untuk mendukung kelancaran arus lalulintas jalan trans Sulawesi yang melintas di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu di Kelurahan Pantoloan. Jalur trans Sulawesi dibuatkan fly-over dengan ketinggian lima meter, sedang di bagian bawahnya adalah akses utama dari KEK Palu menuju dermaga peti kemas Pantoloan yang panjangnya mencapai 300 meter, sehingga kedua jalur itu tidak saling menghambat saat arus lalulintas sedang padat.

Kehadiran jalan layang ini diyakini akan menambah keyakinan para investor untuk menanam modalnya di KEK Palu karena infrastruktur semakin lengkap.

Anto menyampaikan apresiasi kepada pemerintah kota, provinsi dan masyarakat sekitar yang memberikan dukungan sehingga proyek ini bisa diselesaikan tepat waktu. Bahkan kondisi cuaca selama proyek berjalan juga sangat kondusif karena tidak terjadi musim hujan.

"Kita memang melakukan pengawasan yang sangat ketat siang dan malam. Para pekerja hampir setiap hari bekerja lembur sampai tengah malam. Semua item pekerjaan dilaksanakan secara terencana dan terukur setiap hari, sehingga progres fisikcukup menggembirakan," kata Anto lagi.
 
Wakil Menteri PUPR Jhon Wempi Wetipo (kedua kanan) saat meninjau pengerjaan proyek fly over Pantoloan, Minggu (24/11) (ANTARA/Rolex Malaha)