Palembang - Upacara adat perkawinan khas Palembang makin langka di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini seiring dengan masuknya budaya asing dan meningkatnya kebutuhan hidup, kata Ketua Seksi Kebudayaan Dinas Pariwisata Dadang Irawan, Rabu.
"Upacara adat perkawinan yang sering dipakai masyarakat saat ini sudah mengarah ke cara-cara nasional atau modern. Sudah sangat jarang yang benar-benar menerapkan tata cara perkawinan adat Palembang karena dipandang rumit dan menguras biaya," ujarnya.
Tata cara perkawinan yang berkembang di masyarakat saat ini lebih mengutamakan kepraktisan sesuai dengan tuntunan kehidupan modern.
"Seharusnya, tiga bulan menjelang akad nikah pihak keluarga calon pengantin pria dan wanita melakukan acara mutus kato atau mutus rasan. Tapi, budaya ini sudah luntur dan terkadang hanya bersifat interen keluarga tanpa suatu perayaan," ujarnya.
Kemudian, setelah menemukan kata sepakat akan dilakukan pemberian aneka sembilan bahan pokok (sembako) dari keluarga pengantin pria sebagai buah tangan ke rumah calon besannya.
"Kegiatan ini pun sering ditiadakan karena sudah digabungkan dengan acara akad nikah. Hingga acara madik sebagai pembukanya sampai acara munggah sebagai puncak dari keseluruhan rangkaian prosesi adat juga sudah bergeser, atau tidak sesempurna sebelumnya," katanya.
Ia sangat menyayangkan hal itu mengingat Sumsel memiliki upacara adat perkawinan yang berbeda-beda dan sangat beragam. Namun masyarakat lebih menyukai memakai tata cara yang sudah umum dalam beberapa tahun terakhir.semuanya hampir serupa," katanya.
Dinas Pariwisata Sumsel membaca gejala lunturnya upacara adat perkawinan itu sejak beberapa tahun terakhir, sehingga menelurkan beberapa program pelestarian budaya itu.
"Kami mendorong pelestarian budaya-budaya lokal dengan aktif menggelar workshop, festival, hingga bekerja sama dengan Dewan Kesenian Sumsel," ujarnya. (pso-039)
Adat Perkawinan Khas Palembang Kian Langka
Ilustrasi (FOTO ANTARA/Oky Lukmansyah)
