HIPMI: Efisiensi sektor logistik penting bangkitkan ekonomi Banggai

id Luwuk,Sektor Logistik,Banggai

HIPMI: Efisiensi sektor logistik penting bangkitkan ekonomi Banggai

Pelabuhan Rakyat Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah yang menjadi salah satu penopang pergerakan perekonomian daerah dari sektor pendistribusian logistik ke daerah lain. [ANTARA/ Stepensopyan Pontoh]

Luwuk, Banggai (ANTARA) - Mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Banggai, Michael Tendean mengatakan Pemerintah Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, perlu menerapkan kebijakan efisiensi sektor logistik untuk membangkitkan perekonomian daerah itu di tengah pandemi COVID-19.

"Pelaku usaha di Kabupaten Banggai butuhkan dukungan sektor logistik yang lebih efisien agar bisa bangkit lebih cepat di masa pandemi COVID-19, apalagi daerah ini kaya akan sumber daya alam seperti nikel, LNG, perikanan, perkebunan dan pariwisata," ujarnya di Luwuk, Kamis. 

Menurut Tendean, dukungan sektor logistik yang efisien sangat dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan ekonom di Kabupaten Banggai, khususnya di Luwuk, tidak hanya sektor UMKM, tetapi dengan masuknya investor baru juga dibutuhkan untuk menggerakkan ekonomi di Banggai ini. 

"Luwuk sebagai ibu kota Kabupaten Banggai memiliki potensi ekonomi yang besar untuk dikembangkan, sehingga sektor logistik perlu mendapatkan perhatian. Masuknya investasi baru selalu membawa manfaat bagi daerah, membuka lapangan kerja baru, meningkatkan ekonomi masyarakat,” katanya.

Pemulihan ekonomi, kata dia, perlu diupayakan dari semua sektor, termasuk sisi bisnis pelayaran yang memberikan konstribusi besar dalam menggerakkan roda ekonomi masyarakat. 

"Pelaku bisnis pelayaran harus didorong untuk dapat menjalankan usahanya seefisien mungkin, sehingga arus keluar masuknya barang semakin lancar, dan ini akan berimbas pada harga barang semakin terjangkau. Inilah yang juga harus menjadi fokus pemerintah daerah dan jajarannya," ujarnyanya. 

Ia menilai keterpurukan harga komoditas perkebunan seperti cengkih saat ini juga tak lepas dari kurang lancarnya akses transportasi, baik keluar maupun masuk ke daerah ini, sehingga akses untuk memasarkan produk ini dibutuhkan karena dengan semakin banyak akses perhubungan semakin bagus, seperti sektor penerbangan akan memberikan manfaat besar bagi daerah ini. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah menyebutkan selama Januari-Agustus 2020 aktivitas pelabuhan di Luwuk mengalami perlambatan. Volume bongkar turun 3,55 persen dan volume muat jatuh 70,56 persen, serta tingkat sarana transportasi kapal barang juga tercatat turun 18,34 persen menjadi 36.211 ton per Agustus 2020 dibanding Juli 2020 sebesar 44.346 ton.

Tendean mengatakan sistem logistik Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga di Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Singapura. Pada 2018 data Kementerian Perindustrian mencatat biaya logistik Indonesia mencapai 24 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). 

Biaya logistik pengiriman barang di Indonesia lebih tinggi daripada Malaysia yang sebesar 13 persen, Vietnam 20 persen, Thailand 15 persen, dan Singapura 8 persen. 
Biaya logistik bisa ditekan dengan dua cara. Pertama, pemerintah mesti terus membangun infrastruktur untuk mempercepat konektivitas barang dan jasa. Kedua, pemerintah harus memperbaiki jaringan distribusi. 

"Untuk membangun jaringan distribusi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Partisipasi sektor swasta untuk terlibat dalam penguatan jaringan distribusi di kabupaten Banggai ini mendesak dilakukan,” aku Michael Tendean. 

Hal senada juga diungkapkan Rektor Universitas Muhammadiyah Luwuk, Sutrisno K Djawa bahwa supplay chain di Luwuk perlu mendapatkan perhatian, terutama dalam upaya memulihkan roda ekonomi masyarakat yang melambat akibat pandemi Covid-19.

“Supply chain atau rantai pasokan perlu dibuat efisien. Harus dibuat mudah, tidak bisa panjang, harus dipotong. Ini semangatnya tol laut yang digagas presiden Jokowi yakni mensupport supply chain agar mobilitas barang antar pulau makin mudah dan lancar,” paparnya.

Ia melihat pelabuhan di Luwuk masih relatif sepi karena supply chain masih sangat panjang. Semua masih berasal dari pulau Jawa, padahal suplai barang bisa saja dari Makassar, kota terdekat dari Luwuk Kabupaten Banggai.

"Pelabuhan Kota Luwuk masih membutuhkan dan mampu untuk melayani pelayaran baru yang akan memberikan nilai tambah bagi Logistics Supply Chain di Luwuk," ujarnya. 

Investor yang bergerak d ibidang angkutan logistik harus memanfaatkan teknologi digital untuk memperpendek saluran distribusi, investor harus berkolaborasi dengan perusahaan kapal di seluruh Nusantara sehingga memperpendek saluran distribusi. 

“Di era digital seperti ini, investor baru diperlukan. Tak perlu yang harus memiliki kapal, yang penting investasinya, kapal bisa digerakkan dari pelabuhan terdekat, seperti Makassar, sehingga arus barang makin mudah dan lancar masuk maupun keluar,” tutupnya.