Seorang Astronot Pantau GMT Dari Sulteng

id astronot

Seorang Astronot Pantau GMT Dari Sulteng

Wartawan antara Adha Nadjamuddin foto bersama dengan astronot asal Belanda Andre Kuipers (Adha Najamuddin)

Palu,  (antarasulteng.com) - Seorang astronot bekebangsaan Belanda yang sudah dua kali mendarat ke bulan, Andre Kuipers memantau Gerhana Matahari Total (GMT) dari lapangan sepakbola Kotapulu, Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu.

Pria yang tergabung dalam Badan Antariksa Eropa (European Space Agency-ESA) tersebut pertama kali melakukan ekspedisi ke bulan pada 2004, selanjutnya melakukan hal yang sama pada 2012.

Meski baru pertama kali menginjakkan kaki di Sulawesi Tengah guna memantau langsung GMT, ia memuji Kota Palu sebagai tempat yang ditetapkan oleh Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika sebagai salah satu titik pemantauan GMT karena lokasinya cukup strategis.

Andre Kuipers tiba di Indonesia tiga hari lalu melalui Bandara Internasional Ngurah Rai Bali, mengaku memiliki seorang kawan kelahiran Sulawesi Selatan selanjutnya menuju Kota Palu.

Dia mengatakan bahwa GMT merupakan pristiwa yang sangat unik dan bagus untuk dinikmati.

Desa yang terletak sekitar 15 kilometer arah selatan Kota Palu tersebut pada Rabu pagi menjadi ramai tidak seperti hari biasa, karena kehadiran ratusan peneliti dan turis dari berbagai negara, pejabat negara dan daerah serta pengunjung lainnya.

Andre Kuipers mengatakan sudah lima kali melihat gerhana matahari, salah satunya di Tiongkok dengan durasi waktu sekitar tujuh menit.

Dalam kunjungan ke Palu ini Andre membawa beberapa pendamping dan juga peralatan pemantau gerhana. 

Andre Kuipers mengaku senang karena bisa menikmati gerhana matahari total kali ini bersama masyarakat Indonesia.

Di sela-sela menunggu detik-detik GMT, Andre juga dijumpai Wakil Presiden Jusuf Kalla dan berbincang-bincang seputar gerhana matahari.

Andre Kuipers bersama rekan-rekannya melampiaskan kegembiraannya dengan saling berpelukan setelah matahari tersingkap kembali dari tutupan bulan.

Kegembiraan yang sama juga ditunjukkan para peneliti dan turis lainnya di lokasi tersebut.

BMKG memasang dua alat teropong di lokasi pemantauan di lengkapi dengan tv monitor layar lebar sehingga pengunjung bisa memantau proses gerhana melalui monitor tersebut.