Masyarakat Gili Trawangan Tolak "Golf Car'

id Tolak golf car

"Sekarang saja bapak bisa lihat sendiri, begitu banyak debu beterbangan, belum lagi aneka sampah plastik. Bagaimana nanti kalau ditambah polusi yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor," ujarnya.
Gili Trawangan - Masyarakat Gili Trawangan,  Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, menyatakan dioperasikannya "golf car" atau mobil yang biasa dipakai melayani para pegolf di pulau yang hingga kini belum terjamah kendaraan bermotor itu.

"Biarkan pulau kecil Gili Trawangan apa adanya, sehingga tetap terbebas dari polusi kendaraan bermotor," kata Ketua Seksi Seni Budaya dan Pariwisata Karang Taruna Gili Trawagan, Ageludin kepada ANTARA di Gili Trawangan, Sabtu.

Senada dengan Ageludin, H Mohamad Safar, tokoh masyarakat setempat menyebutkan, dengan dioperaikannya "golf car" akan menambah konsentrasi polusi menjadi lebih padat dan beragam di Gili Trawangan.

"Sekarang saja bapak bisa lihat sendiri, begitu banyak debu beterbangan, belum lagi aneka sampah plastik. Bagaimana nanti kalau ditambah polusi yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor," ujarnya.

Safar dan Ageludin mengatakan bahwa Gili Trawangan harus tetap terbebas dari asap kendaraan bermotor, apapun jenisnya.

Sebelumnya, Wakil Bupati Lombok Utara Najmul Ahyar menggatakan, pihaknya akan terus mensosialisasikan "golf car" sebagai pengganti 'cidomo' yang selama ini digunakan para wisatawan untuk berkeliling menikmati keindahan pulau kecil dengan lekuk alamnya yang menawan di Gili Trawangan.

Wabup mengakui bahwa sebagian warga di Gili Trawangan belum sepenuhnya bisa menerima kehadiran "golf car" yang sesungguhnya digerakkan dengan accu, yang biasa digunakan di lapangan golf.

"Belum seluruh warga dapat menerima mobil golf sebagai pengganti cidomo untuk alat transportasi massal satu-satunya di pulau sekitar 12 mil laut barat pulau induknya, Lombok itu," ucapnya.

Wabup mengatakan bahwa pihaknya akan terus mensosialisasikan jenis alat transportasi dengan tenaca accu itu, dengan harapan masyarakat perlahan bisa menerima dan tentunya tanpa merugikan masyarakat yang selama ini mengelola usaha transportasi tradisional.

Najmul mengungkapkan telah beberapa kali datang investor yang akan membuka usaha transportasi "golf car" di Gili Trawangan, namun masalah ini belum bisa dituntaskan karena masih harus disosialisasikan kepada masyarakat agar transportasi baru itu bisa diterima dengan baik.

"Solusi yang kita tempuh adalah investor bisa menyediakan golf car yang sama jumlahnya dengan cidomo yang dioperasikan saat ini, sehingga nantinya kusir (sais) cidomo berpindah profesi menjadi operator golf car. Dengan demikian, mereka tidak kehilangan sumber mata perncaharian," ujarnya

Jadi, kata Najmul, para kusir cidomo dijamin bisa bekerja sebagai sopir atau operator golf car, sehingga kehadiran transportasi baru di Gili Trawangan itu tidak mengakibatkan mereka kehilangan pekerjaan dan penghasilan.

Rencana penggantian moda transportasi di objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara itu, dilatarbelakangi oleh adanya protes dari kelompok penyayang binatang yang menilai bahwa kuda penarik cidomo terkesan disiksa.

Informasi itu diperoleh dari "People for the Ethical Treatment of Animals" (PETA) menyebut kuda-kuda yang bekerja sebagai penarik cidomo di pulau kecil itu menjalani hidup sengsara, dipecut dan disiksa sang majikan. (Ant)