Jakarta (ANTARA) - Ganda campuran Indonesia Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti mengatakan pengalaman dan progres hingga babak 16 besar Korea Open dapat menjadi bekal mereka menjelang Japan Open, pekan depan.
Langkah pasangan Praveen/Melati dihentikan oleh wakil China sekaligus peringkat satu dunia Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dengan skor 16-21, 17-21.
“Kami selalu belajar lebih baik di setiap pertemuan melawan siapa pun. Hari ini dibandingkan saat pertemuan di Dubai lalu, kami bisa meladeni permainan mereka tapi memang belum cukup,” ungkap Praveen, dikutip dari keterangan tertulis PBSI di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan bersama Melati telah berusaha mengejar pasangan China dan kembali ke level atas. Pasangan Indonesia bahkan sempat mengimbangi Zheng/Huang pada gim pertama dan kedua.
“Tapi setelah itu mereka cepat sekali mengganti pola dan kami agak terlambat membaca itu. Ini jadi catatan kami ke depan,” kata Praveen.
“Masih ada waktu untuk memperbaiki jelang Japan Open minggu depan,” ujarnya.
Di sisi lain, Melati mengatakan tidak adanya pelatih yang mendampingi mereka ketika berlaga memang mempengaruhi performa mereka. Namun, Melati mengatakan terus berusaha berkomunikasi dengan rekannya demi mendapatkan pola permainan dan strategi terbaik saat menghadapi lawan.
“Tidak ada pelatih yang mendampingi memang berpengaruh tapi tadi kami siasati dengan terus komunikasi saja. Saya sama Jordan saling mengingatkan terus karena kami harus siap dengan keadaan apa pun,” kata Melati.
“Dapat bye di babak 32 besar kemarin ada untung dan ruginya juga. Untungnya ke babak 16 besar tanpa bertanding tapi ruginya tadi kami masih harus meraba kondisi lapangan, arah angin dan sebagainya,” imbuhnya.
Sementara itu, Indonesia menurunkan enam wakil di babak 16 besar Korea Open. Selain Praveen/Melati, ada ganda campuran Indonesia lainnya yaitu Dejan Ferdinansyah/Gloria E Widjaja.
Lalu untuk ganda putra ada Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Lebih lanjut, tunggal putri diwakili oleh Putri Kusuma Wardani dan Gregoria Mariska Tunjung.