"Sebagai penyelenggara, kita harus memberikan ruang yang sama, medan yang sama bagi seluruh makhluk di dunia ini. Maka itu baru adil," ujar Mensos Risma.
Ia merasa prihatin atas cap yang masih kerap diberikan kepada penyandang disabilitas bahwa mereka hanya bisa menguasai keterampilan tertentu.
Peluang dan pelatihan bagi penyandang disabilitas, lanjut Mensos, haruslah dibuka seluas-luasnya tanpa membatasi jenis disabilitas, dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan penyandang disabilitas sehingga tidak terikat pada jenis pelatihan tertentu.
"Jangan diartikan seorang disabilitas hanya punya kapasitas itu saja. Disabilitas netra hanya bisa main musik atau pijat," ucap Mensos Risma.
Dalam audiensi yang dihadiri oleh perwakilan Unesa, Komisi Nasional Disabilitas (KND), dan jajaran Kemensos, Mensos Risma juga mengingatkan bahwa membantu disabilitas merupakan kewajiban sebagai sesama manusia, terlebih lagi jajaran Kemensos yang memang bergerak di bidang tersebut.
Selain itu Mensos Risma pun mengimbau untuk terus belajar mengenai penanganan disabilitas.
Pada kesempatan yang sama Wakil Rektor Bidang IV Unesa Dr Martadi menyambut baik itikad Mensos Risma tersebut. Martadi menyebutkan pihaknya selalu siap mendukung dan membantu Kemensos dalam upaya penanganan disabilitas.
"Kami siap mendorong mahasiswa kami untuk MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka), mahasiswa kami untuk magang di rumah sosial atau di sentra-sentra Kemensos selama 4 hingga 5 bulan," ujar Martadi.
Ia berharap program magang ini bisa membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang memiliki kepedulian kepada penyandang disabilitas.