Luwuk (ANTARA) - Setelah sekian lama diteliti oleh peneliti dari Universitas Tadulako, Palu, penangkaran ex situ maleo PT. DSLNG yang terletak di area kilang LNG Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulteng, akhirnya bertelur.
CSR Manager DSLNG Pandit Pranggana mengungkapkan di Banggai, Selasa (19/7) bahwa maleo hasil konservasi ex situ yang bertelur sejatinya bukan kali pertama di tempat itu. Maleo hasil penetasan dari inkubator yang dipelihara dalam sangkar sudah kali ketiga bertelur.
Ia menjelaskan bahwa maleo butuh waktu 18 sampai 20 hari untuk sekali bertelur.
"Sudah tiga kali bertelur. Telur terakhir bisa kita selamatkan, tapi dua sebelumnya terlanjur pecah," katanya.
Baca juga: 17 ekor burung maleo dilepasliarkan di Suaka Margasatwa Bakiriang
Baca juga: Maleo di penangkaran DSLNG sempat bertelur, jantan-betina berhasil diidentifikasi
Pandit mengatakan untuk bertelur, maleo membutuhkan media pasir sebagai tempat menanam telur-telurnya. Hanya saja karena berada di penangkaran dan hasil konservasi, mereka bertelur namun tidak menggali dalam tempat meletakkan telur. Kejadian seperti itu mebuat telur yang baru keluar rawan pecah sebab dianggap makanan oleh maleo lainnya.
"Alhamdulillah di Maleo Centre semua terpenuhi. Saat ini kami juga tengah melakukan pembenahan karena sudah lima tahun, berjalan," ujarnya.
Satu telur yang berhasil diselamatkan dari dalam sangkar sudah berada dalam inkubator dan menunggu proses menetas. Jika penetasan itu berhasil maka hal ini bakal menjadi salah satu sumbangsih ilmu pengetahuan tentang pengembangbiakan maleo.
"Jika ini berhasil maka ini pertama kalinya maleo hasil konservasi bertelur lalu menetas. Jadi kita bisa punya sampel F1 (turunan maleo hasil inkubator)," ujarnya.
Telur yang kini mulai menghitung hari penetasan itu ditemukan pengelola maleo center pada tanggal 23 Agustus 2019. Saat ini dibutuhkan waktu sekira 10 hari lagi untuk dapat melihat proses penetasan telur maleo itu.
Maleo di penangkaran ex situ PT DSLNG Banggai bertelur
"Jika ini berhasil maka ini pertama kalinya maleo hasil konservasi bertelur lalu menetas. Jadi kita bisa punya sampel F1 (turunan maleo hasil inkubator)," ujarnya.