Luwuk (ANTARA) - "Ada yang tau program sosial pemerintah soal penanggulangan sampah?," tanya Anissa Dunggio, anggota komunitas Penyala Banggai kepada anak sekolah dasar (SD) pada kegiatan Komunitas Berbagi bersama DSLNG yang diselenggarakan di Kecamatan Nambo, Kabupaten Banggai, belum lama ini.
"Ada, pinasa!," sahut spontan beberapa peserta program Pojok Anak yang dipandu oleh para relawan di samping 'Bonua Posaanguan' yang berarti Rumah Persatuan pagi itu.
"Apa itu pinasa?," tanya Anissa lagi dan dijawab 'Pia na sampah, ala," teriak anak-anak itu lagi.
"Bukan, itu kepanjangannya. Artinya apa?," tanya Anissa levbih lanjut.
"Lihat sampah, ambil!," jawab anak-anak itu serempak.
"Nah, itu baru benar," kata Anissa Dunggio, pemandu acara Pojok Anak, salah satu dari tiga program utama Komunitas Berbagi bersama DSLNG, kala itu.
Pinasa merupakan singkatan dari 'Pia na sampah, ala yang dalam bahasa Saluan, salah satu anak suku di Banggai yang artinya 'kalau anda melihat ada sampah berserakan, ambil.'.
Program andalan pemerintah Kabupaten Banggai di bawah kepemimpinan Bupati Herwin Yatim dan Wabup Mustar Labolo ini terus membumi di Tanah Babasal (Banggai, Balantak dan Saluan).
Program itu bahkan menjadi salah satu kegiatan pemerintah Kabupaten Banggai yang berhasil menyabet penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) sebagai Top 45 Inovasi Pelayanan Publik 2019. Bahkan program ini digadang-gadang akan diajukan pada kompetisi internasional yakni United Public Service Award (UNPSA) yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Baca juga: Petani mitra DSLNG Banggai dilatih teknologi ramah lingkungan
Baca juga: Komunitas berbagi bersama DSLNG ajari warga Batui manfaatkan botol bekas
Baca juga: Wajah ceria siswa pada kegiatan komunitas berbagi bersama DSLNG
Setelah melakukan diskusi terkait program moral pinasa, pemandu acara kemudian mengenalkan tentang berbagai jenis sampah kepada anak sekolah dasar yang ikut pada kegiatan Komunitas Berbagi tersebut. Mereka dikenalkan bagaimana memilah sampah basah, sampah kering dan sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) serta bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dengan baik dan benar.
"Jadi kenapa tempat sampah itu ada tiga warna? Ya karena kita harus memilah mana sampah basah dan mana sampah kering dan mana sampah B3," jelas Anissa.
Peserta juga dikenalkan bagaimana mengelola sampah plastik menjadi bahan berguna, seperti botol plastik menjadi tempat duduk dan lampion. Di akhir kegiatan, mereka juga dikenalkan tentang mitigasi bencana. Bagaimana bersikap, apa saja yang harus dilakukan serta dihindari ketika terjadi bencana alam di wilayah mereka.
Kegiatan ini merupakan aktivitas terakhir sebelum kegiatan puncak yang akan dilaksanakan Komunitas Berbagi bersama DSLNG di Kecamatan Luwuk pada 16 November 2019, yang akan diselenggarakan dengan melibatkan ratusan peserta dari berbagai kalangan, mulai pelajar tingkat PAUD, SD, dan SMA hingga mahasiswa dan kelompok masyarakat.
Dalam kegiatan itu, Komunitas Berbagi bersama DSLNG membuat tiga program yakni program Pojok Anak yang fokus mengenalkan bagaimana memilah sampah dan simulasi mitigasi bencana. Program Bengkel Kreasi yang mengajarkan bagaimana mengolah sampah plastik menjadi bahan berguna. Kemudian, program Planet Remaja yang lebih mengedukasi remaja pada lokasi-lokasi strategis dan bersejarah di Kabupaten Banggai.
Komunitas Berbagi sendiri terdiri dari beberapa komunitas yang ada di Kabupaten Banggai, antara lain; Relawan Oke, Babasal Mombasa, Penyala Banggai, dan KP3 Banggai.
Komunitas Berbagi dan DSLNG tanamkan moral 'Pinasa' pada anak
Komunitas Berbagi bersama DSLNG membuat tiga program yakni program Pojok Anak, Bengkel Kreasi dan Planet Remaja