Kelor di tengah kemiskinan dan stunting, peluang dan tantangan pascabencana

id Hasanuddin Atjo,stunting,kelor,kemiskinan

Kelor di tengah kemiskinan dan stunting, peluang dan tantangan pascabencana

Kepala Bappeda Sulteng Hasanuddin Atjo saat berkunjung ke Jepang baru-baru ini (ANTARA/HO-Doc.pribadi HA)

Kemiskinan dan stunting bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Karena itu penyelesaianya harus secara paralel.
Palu (ANTARA) - KEMISKINAN salah satu persoalan yang menjadi prioritas Jokowi-Ma'ruf untuk ditangani dalam periode 5 tahun ke depan dan juga menjadi prioritas di daerah. 

Secara Nasional jumlah penduduk miskin per maret 2019 sebesar 25,14 juta orang atau 9.41 persen, dan secara regional Sulawesi Tengah 410,36 ribu orang atau 13,48 persen.

Selain Kemiskinan, stunting atau kondisi gagal tumbuh pada tubuh dan otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama juga menjadi persoalan bersama yang harus diselesaikan guna mewujudkankan visi panjang Indonesia Hebat 2045. 

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) bahwa di tahun 2018 angka stunting nasional sekitar 30,8 persen dan regional Sulawesi Tengah sebesar 36,1 persen. Ini bermakna bahwa tiga dari anak balita Infonesia hidup dalam kondisi stunting.

Baca juga: Tekad Jokowi wujudkan Indonesia Hebat 2045 dan peran Sulawesi Tengah
Baca juga: Opini - Kualitas data syarat bersaing di era industri 4.0 dan society 5.0


Sisi mata uang dan disain bisnis

Kemiskinan dan stunting bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Karena itu penyelesaianya harus secara paralel. Pemberian pemahaman tentang pentingnya asupan gizi mulai dari janin dikandung sampai usia balita, intervensi pemberian makanan bergizi dan bantuan program kemiskinan tentunya tidak cukup.

Masyarakat miskin harus segera dilibatkan dalam bisnis yang dalam keterjangkauan daya dan kapasitasnya. Harus dipilih komoditas yang mudah ditumbuhkan dan dirawat, serta desain bisnisnya dalam sebuah kerangka industrialisasi agar berkelanjutan.

Kelor atau bahasa latinnya moringa oleifera mudah tumbuh di daerah tropis karena membutuhkan intensitas cahaya tinggi dan iklim yang kering (wilayah dengan curah hujan rendah). 
 
Kepala Bappeda Sulteng, Hasanuddin Atjo (kiri) menyerahkan formulir pendaftaran calon Gubernur Sulteng kepada Wakil Ketua DPD Partai Golkar Sulteng, Refli Maramis (kanan) di Kantor DPD Partai Golkar Sulteng di Palu, Jumat (18/10). (ANTARA/Muhammad Arsyandi)

World Health Organization (WHO-Organisasi Kesehatan Dunia) menganjurkan agar ibu hamil, bayi dan anak pada fase pertumbuhan diberi konsumsi kelor, karena khasiat dari daun maupun buah kelor. 

Konsentrasi potasium kelor tiga kali lipat dari pisang, kalsium empat kali lipat daripada susu, vitamin C tujuh kali lipat daripada jeruk, vitamin A empat kali lipat lebih banyak dari pada wortel. Bahkan kandungan protein dua kali lipat dari pada susu. 

Kandungan gizi yang dikandung daun maupun biji kelor sangat bermanfaat. Pertama menjaga berat badan agar tetap seimbang berat badannya, karena mengandung polyphenol yang tinggi, yang bekerja sebagai antioksidan untuk detoksifikasi racun di dalam tubuh, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Kedua bahan pembuatan kosmetik menghilangkan flek dan sebagai pelembab wajah.

Karena tujuannya untuk kebutuhan dalam negeri dan kebutuhan masyarakat dunia, maka pengembangan komoditas ini harus dirancang sebagai komoditas industri dengan standar pasar internasional. Teknologi penyediaan benih, pembudidayaanya dan prosessing hingga produk turunan dan ikutannya harus dipersiapkan. Demikian pula dengan penyiapan kelembagaan di masyarakat yang selama ini juga menjadi persoalan.

Baca juga: Ini kata Dr Ir H Hasanuddin Atjo, MP soal keputusannya menjadi bakal calon gubernur
Baca juga: Gubernur Sulteng usulkan pembangunan tol Tambu-Kasimbar ke Presiden Jokowi (vidio)


Tantangan pimpinan daerah dan masyarakat

Tiga puluh empat provinsi dan bupaten/kota di Indonesia tentunya harus bersama-sama memprioritaskan menyelesaikan kedua masalah ini. 

Presiden Jokowi dan wakilnya Ma'ruf Amin telah mengagendakan 5 prioritas di priode 2019-2024 yaitu pengembangan SDM, infrastruktur, penyerderhanaan regulasi, penyederhanaan birokrasi dan transformasi ekonomi.

Tahun 2024 merupakan proses pemilihan kepala daerah serentak dan tahun 2020 merupakan pemilihan tahap akhir sebelum tahun 2024. Harapan kita semua tentunya yang terpilih benar-benar yang visioner, adaptif, inovatif dan update karena sudah berada di Era Industri 4.0 dan Society Industri 5.0. 

Peran masyarakat menjadi sangat strategis dalam menyalurkan hak suaranya. Demikian pula partai yang memiliki hak mengusung. Pandangan sejumlah kalangan bahwa minimal 70 persen yang terpilih adalah pasangan yang sesuai kriteria untuk membawa daerahnya keluar dari persoalan kemiskinan dan stunting.

Wilayah Padagimo

Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong (PADAGIMO) yang bermakna 'Kemenangan' adalah wilayah yang sangat terdampak oleh bencana gempa, tsunami dan liquefaksi tanggal 28 September 2018. Dampak lanjut yang ditimbulkan tentunya terkait dengan kemiskinan, pengangguran dan rawan gizi.

Saat ini juga Pemerintah pusat dan daerah termasuk JICA dan Organisasi dunia lainnya sedang merumuskan formulasi pemulihan ekonomi pascabencana itu.

Kunjungan beberapa pejabat Bappenas bersama sejumlah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) provinsi dan beberapa kabupaten/kotanya yang difasilitasi JICA (Japan International Cooperation Agency) tanggal 5 – 14 November 2019, telah memberikan banyak pembelajaran dan inspirasi termasuk gagasan kemungkinan membangun kerja sama antarprovinsi yakni Sulawesi Tengah, Indonesia dan Miyagi, Jepang di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekonomi.

Pengembangan komoditas kelor yang berorietasi industri dan berbasis masyarakat dapat dikerjasamakan karena selain nilai gizinya yang sangat bermanfaat, mudah tumbuh dan tidak rentan dengan penyakit, juga iklim Indonesia termasuk Sulawesi Tengah yang sangat sesuai. 

Harapannya pokok pikiran ini bisa menjadi referensi dan inspirasi menuju Sulteng dan Indonesia HEBAT pada 2045. SEMOGA. (Hasanuddin Atjo, Kepala Bappeda Sulteng)
Kepala Bappeda Sulteng Hasanuddin Atjo saat berkunjung ke Jepang baru-baru ini (ANTARA/HO-Doc.pribadi HA)