Di permukaan maupun di dasar idealnya sama

id hasanuddin atjo

Di permukaan maupun di dasar idealnya sama

Dr Ir H Hasanuddin Atjo, MP, Kepala Bappeda Sulteng (ANTARA/Rolex Malaha)

Palu (ANTARA) - LION air Palu-Makassar Selasa pagi 24 Desember 2019 terbang lebih cepat dari jadwal. Bisa jadi karena jumlah penumpang tidak seberapa di tambah pesawat Batik Air Jakarta-Palu mendarat lebih pagi sehingga lion air tidak perlu menunggu lebih lama.

Di Pesawat secara kebetulan saya duduk berdampingan dengan seorang pelaku usaha asal Sulawesi Tengah. Topik diskusi awalnya ringan-ringan alias basa-basi. Namun di pertengahan perjalanan topik bergeser ke politik terutama Pilkada serentak di tahun 2020 untuk pemilihan kepala dan wakil kepala daerah.

Tiba-tiba sang pengusaha tadi bertanya. Pak Doktor, bagaimana menurut pandangan bapak tentang kriteria pemimpin daerah ke depan, khususnya di Sulawesi Tengah.

Sang pengusaha melanjutkan dengan pernyataan bahwa 'kita masyarakat dan pelaku usaha di daerah ini menginginkan pemimpin daerah yang bisa membawa perubahan terutama menekan angka kemiskinan, pengangguran yang masih tinggi serta menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 

Apalagi, kata dia melanjutkan, kita baru saja dilanda bencana dahsyat gempa bumi bermagnitudo 7,4 pada scala Richter disusul pasang tsunami dan liquefaksi yang memorak-porandakan sejumlah infrastruktur dan sektor usaha masyarakat.

Saya dengan sedikit serius mendengarkan 'celoteh' sang pengusaha dan berkata dalam hati bahwa 'boleh juga wawasan sang pengusaha ini.'

Kemudian saya mengatakan kepadanya bahwa negeri ini membutuhkan pemimpin yang 'di permukaan maupun di dasar tetap sama'.

Baca juga: Menggeser kebenaran dalam pikiran
Baca juga: Surat biasa prangko kilat


Sang pengusaha menyerongkan sedikit badannya ke arah saya dan bertanya. Maksudnya bagaimana pak doktor? Saya belum begitu paham. Maklumlah kami hanya banyak berurusan dengan dunia usaha kurang paham dunia politik.

Saya kemudian mulai menjelaskan bahwa pemimpin itu tidak hanya mengurusi permasalahan yang terlihat di permukaan saja tetapi dia harus mampu 'menyelam' ke dasar untuk mendapatkan akar masalah kemudian membuat rancangan solusinya. 

Kalau tidak maka daerah ini sulit menyesuaikan dengan visi Indonesia Emas 2045, di mana pendapatan per kapita saat itu 23 ribu dolar AS dibanding saat ini baru sekitar 4 ribu dolar AS.

Selanjutnya saya menegaskan bahwa untuk itu diperlukan pasangan calon pemimpin daerah dengan kriteria memiliki kapasitas entrepreuner, birokrat dan politis. Artinya pasangan itu berasal dari politis enterpreuner dan birokrat entepreuner. 
Kapasitas entrepreneur pasangan ini harus lebih dominan karena kita harus mendorong investasi swasta. Saya melanjutkan bahwa selain itu dibutuhkan pasangan figur yang adaptif, inovatif dan adaptif karena pola pembangunan ke depan berbasis transformasi digital dan tata ruang.

Sang pengusaha bersungut-sungut mendengar penjelasan saya. Kemudian menimpali; kalau begitu pasangan itu harus lengkap yaitu 'satu konseptor dan satu eksekutor'.

Yes..right...., kata saya dan menambahkan; kalau tidak, bisa-bisa salah resep, sakit kepala diberi obat sakit gigi.

Kami kemudian tertawa lepas. Selanjutnya berkemas karena pesawat sudah landing tepat jam 07.10 WIT.

Baca juga: Kualitas demokrasi dan ICOR, tantangan Indonesia maju 2045
Baca juga: Kelor di tengah kemiskinan dan stunting, peluang dan tantangan pascabencana