Pemprov Sulteng minta para petani tata kembali musim tanam

id tomat

Pemprov Sulteng minta para petani tata kembali musim tanam

Tomat (Antara/Anas Masa)

Kami sebenarnya selalu mendorong para petani untuk mengatur pola tanam, tetapi belum dilakukan
Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah minta para petani menata kembali musim tanam komoditi hortikultura, termasuk tomat tidak secara bersamaan agar harga di tingkat produsen tetap stabil.

"Kami sebenarnya selalu mendorong para petani untuk mengatur pola tanam, tetapi belum dilakukan," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng, Trie Iryana lamakampali kepada Antara di Palu, Senin.

Ia mengatakan pentingnya petani membenahi pola tanam karena jika dilakukan secara bersamaan, produksi melimpiah,tetapi harga anjlok.

Seperti yang terjadi saat ini, harga buah tomat di tingkat petani maupun di pasaran lokal turun tajam.

Penyebabnya tidak lain karena di satu sisi produksi petani melimpah dan harganya turun. "Ya itu sudah hukum pasar. Dimana stok melimpah, harga selalu turun," katanya.

Apalagi, tomat merupakan komoditi yang tidak bisa disimpan lama bisa membusuk.

Selain mendorong petani untuk menata kembali musim tanam, juga petani bisa mengolah menjadi saus tomat dan harga pasti akan lebih menguntungkan.

"Itu solusi yang tepat untuk menghindari anjloknya harga tomat di tingkat produsen," kata Trie.

Trie mencontohkan soal menanam tomat jangan bersamaan satu dengan lain,tetapi dilakukan per kelompok tani.

Misalkan, musim tanam pada pekan pertama bulan berjalan dilakukan oleh kelompok A, minggu kedua kelompok B dan seterusnya.

Dengan demikian, saat panen juga tidak bersamaan sehingga harga jual tetap stabil dan terkendali.

Dia berharap petani dapat melaksanakan pola tanam sesuai dengan imbau dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura yang disampaikan melalui para penyuluh lapangan.

Sementara seorang petani di Desa Watumaeta, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Arman Sanginora membenarkan harga buah tomat di tingkat petani di wilayah itu anjlok hanya Rp1.000/kg.

Akibat anjloknya harga, banyak hasil panen petani yang membusuk, sebab pembeli yang datang melakukan transaksi langsung di sentra-sentra produksi sangat kurang.

Selama ini, kata dia, hanya pedagang dari Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng yang datang membeli langsung kepada petani.

Hal senada juga disampaikan Bambang, seorang petani di Desa Maholo, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso. Bambang juga mengaku saat ini sedang berlangsung panen raya buah tomat.

"Hanya saja harga buah tomat di sentra produksi turun tajam tinggal Rp1.000/kg," katanya.

Dia juga menambahkan setiap memasuki masa panen raya, harga selalu turun dan petani merugi. ***1***
(T.BK03/)