Menilik upaya Buol menuju swasembada beras

id Bupati Buol,Pemkab Buol,amirudin rauf,gertakbos

Menilik upaya  Buol menuju swasembada beras

Bupati Buol Amirudin Rauf mencoba alat mesin pertanian pemotong padi, saat memanen padi secara simbolis. (ANTARA/HO-Humas Setda Pemkab Buol)

Buol, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Buol menjadi satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki ketersediaan potensi sumber daya alam yang bila dikelola dengan baik, dapat memberikan manfaat besar untuk kesejahteraan masyarakat di daerah itu.

Selain memiliki potensi pada sektor perkebunan, energi sumber daya mineral, kelautan dan perikanan. Buol juga memiliki potensi sektor pertanian yang sangat menjanjikan.

"Iya, sektor pertanian menjadi satu kekuatan untuk membangun kesejahteraaan berbasis ekonomi kerakyatan," ucap Bupati Buol Amirudin Rauf.

Karena potensi itu, maka Pemkab Buol melalui Bupati Amirudin Rauf mencanangkan program Gerakan Tanam Serentak Buol Swasembada  atau "Gertakbos".

Lewat program Gertakbos, Pemkab Buol mengidentifikasi petani dan lahan potensial pertanian padi untuk diolah petani, hambatan yang dihadapi petani serta pemasaran hasil pertanian padi. Hingga mendorong petani untuk menanam serentak dalam waktu yang sama.

Gertakbos adalah program prioritas untuk petani sawah, tujuannya swasembada beras tahun 2022.

Untuk menata pertanian Buol, yang paling utama adalah memaksimalkan potensi komparatif tiap wilayah. Kabupaten Buol sedang berupaya menjadikan sektor pertanian, selain meningkatkan kesejahteraan, juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi kabupaten, maupun Provinsi Sulteng.

Target 50.000 ton padi

Meski di tengah pandemi COVID-19, tidak menyurutkan semangat Pemerintah Daerah Kabupaten Buol untuk meningkatkan produksi sektor pertanian khususnya padi.

Terbukti, produksi panen padi tahun 2020 mencapai 35.433 ton. Dengan pencapaian itu, Pemkab Buol berani menargetkan produksi padi tahun 2022 mencapai 50.000 ton.

Untuk mencapai target tersebut, Pemkab Buol memberikan bantuan alat mesin pertanian kepada petani. Berdasarkan data Pemkab Buol, sampai 2018 jumlah total alat mesin pertanian berupa handtractor yang telah dikucurkan sebanyak 343 unit, rusak ringan sebanyak 44 unit, rusak berat 16 unit.

Kemudian pada 2019 jumlah traktor tangan yang disediakan sebanyak enam unit, dan 2020 16 unit.

Bantuan itu diberikan kepada kelompok tani terdiri atas 115 gabungan kelompok tani (Gapoktan), 1.806 kelompok tani (poktan) dan 163 kelompok wanita tani (KWT).

Distribusi bantuan alat mesin pertanian diberikan kepada kelompok tani dan gabungan kelompok tani, untuk digunakan secara bersama-sama oleh petani dalam kelembagaannya.

Selain alat mesin pertanian, Pemerintah Kabupaten Buol telah melakukan pembangunan dan merehabilitasi jaringan irigasi tersier dengan panjang 1.902 meter, untuk menjadi salah satu sumber pengairan lahan petani seluas 750 hektare hingga tahun 2020.

Selain itu membangun embung pertanian tahun 2020 sebanyak 19 unit, dengan target luas lahan yang terairi 361 hektare, dan pembangunan sarana pengairan berupa pintu air sebanyak empat unit, pompanisasi tujuh unit dan air tanah dangkal dua unit.

"Selain sarana infrastruktur pertanian itu, Pemerintah Kabupaten Buol tahun ini juga membangun jalan usaha tani di wilayah kantong produksi pertanian, dengan panjang 9.800 meter," ungkap Rauf.

Lahan Kering

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Pemkab Buol dalam mewujudkan swasembada pangan jenis komoditi padi yakni adanya kekeringan lahan disebabkan minimnya ketersediaan air.

Lahan kering atau lahan tidur, membuat petani sulit memanfaatkan atau menggarap lahan tersebut, meski lahan itu potensial untuk diolah untuk ditanami padi. Akibatnya, banyak petani sawah yang berpindah menanam tanaman hortikultura.

Lahan pertanian sawah yang masih kurang produktif di antaranya terdapat di Kecamatan Lakea sekitar 400 hektare terletak di Lakea 1 dan 2 serta Ngune. Kemudian, Kecamatan Momunu 50 hektare terletak di Desa Momunu dan Pinamula serta Kecamatan Bunobogu seluas 120 hektare terdapat di Desa Lonu dan Pokobo.

"Kendala yaitu lahan kering atau lahan tidur, yang belum bisa diolah karena lahan tersebut belum terjangkau air," ucap Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sukarela Desa Lonu, Kecamatan Bunobogu, Satrin Patilima, di Buol, Senin.

Salah satu kendala mendasar yang dihadapi oleh sejumlah petani yang tergabung dalam Gapoktan Sukarela ialah, sulitnya mengembangkan luas tanam.

Untuk menambah luas tanam, dibutuhkan ketersediaan air yang maksimal, agar petani bisa menanam tanaman horti maupun non-horti.

Lahan-lahan yang disebut sebagai lahan tidur (lahan kering), merupakan lahan yang potensial untuk digarap oleh petani di wilayah itu, dalam rangka menopang target pemerintah menuju swasembada pangan.

Perluasan luas tanam, disatu sisi bisa menekan hama, karena dianggap hama bisa menyebar dan tidak tersentral di satu titik.

Dengan begitu, target produksi setiap komoditi pertanian dimungkinkan untuk bisa dicapai oleh ptani di wilayah itu.

Salah satu tujuan gerakan tanam serentak, yang ditopang dengan luas tanam yang memadai dapat mengatasi perkembangan hama.

Harapannya yang sama juga disampaikan oleh Ketua Kelompok Tani Momunu, Muhtar. Ia berharap agar Pemkab Buol juga memberikan dukungan sarana prasarana dalam penunjang kegiatan bertani, demi mempermudah petani dalam mengolah lahan pertanian.

Gandeng Perusda

Pemkab Buol menyadari bahwa untuk menuju swasembada beras di tahun 2022, maka dibutuhkan keterlibatan pihak-pihak yang dapat bekerja sama, salah satunya yakni menggandeng perusahaan daerah (Perusda).

Dalam pelaksanaan program bertajuk "Gertakbos", Pemkab Buol menggandeng perusahaan daerah dalam membantu penyediaan akses perbankan, penyediaan alat mesin pertanian, pupuk dan benih bibit," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Buol Usman Hasan.

Pelibatan perusda, bagi Pemkab Buol, kata dia, tujuannya untuk mengatasi seluruh masalah yang dihadapi oleh petani. Misalnya, dari sisi permodalan, perusada dapat membantu petani untuk mendapatkan akses ke perbankan dalam memperoleh bantuan KUR.

"Begitu juga dengan benih bibit dan pupuk, perusda bisa menjadi jembatan yang menghubungkan langsung petani dengan pihak-pihak lain," ujarnya.

Selain itu, perusda juga berperan untuk memasarkan hasil panen petani yang ada di wilayah Buol, sehingga petani tidak lagi kesulitan mencari pasar.

"Dinas Pertanian dalam hal ini tetap mensuport, namun hanya pada hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh Perusda. Prinsipnya, skemanya saling suport antara dinas dan Perusda, walaupun Perusda adalah eksekutornya," sebutnya.

Peran Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, urai dia, salah satu yakni memberikan penyuluhan kepada petani agar bercocok tanam dengan baik, bertanam tepat pada waktunya, serta cara mengatasi hama, serta mendukung penyediaan alat mesin pertanian.

Lewat pelibatan itu, kata dia, setidaknya terdapat kurang lebih lahan pertanian sawah seluas 8.633 hektare yang harus diintervensi.

Berkaitan dengan itu, Direktur Operasional Perusda Buol Wiwin Salakea mengemukakan pihaknya bersinergi dengan Dinas Pertanian yang saat ini sedang berupaya memaksimalkan program tanam serentak berbasis pada wilayah.

Namun, tanam serentak berbasis wilayah ada kendala yang dihadapi yaitu adanya lahan kering atau lahan tidur.


"Program Gertakbos didesain dengan melibatkan Perusda memgang prinsip kemitraan dengan petani," ungkapnya.
Bupati Buol Amirudin Rauf (tengah/kaos hitam) memanen padi secara simbolis pada panen perda aprogram gertakbos tahun 2020. (ANTARA/HO-Humas Setda Pemkab Buol)