Prof JS Badudu Tutup Usia, Presiden Ungkapkan rasa Kehilangan

id Badudu

Prof JS Badudu Tutup Usia, Presiden Ungkapkan rasa Kehilangan

Jenazah pakar bahasa Indonesia dan Guru Besar Linguistik, Prof. Dr. Jusuf Syarif (J.S) Badudu siap diberangkatkan ke Taman Makam Pahlawan usai disalatkan di masjid Universitas Padjadjaran Bandung, Jawa Barat, Minggu (13/3). (ANTARAFoto/Agus Bebeng)

Almarhum JS Badudu meninggalkan 9 orang anak, 23 cucu, dan 2 cicit, adapun istrinya, Eva Henriette Alma Koroh dan istrinya terlebih dulu berpulang pada 16 Januari 2016.
Bandung (antarasulteng.com) - Pakar Bahasa Indonesia yang juga Guru Besar Universitas Padjadjaran Bandung, Prof Dr Jusuf Sjarif Badudu, meninggal dunia pada usia 89 tahun di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Sabtu (12/3) malam, sekitar pukul 22.10 WIB.

Presiden Joko Widodo langsung mengungkapkan rasa kehilangan yang mendalam atas meninggalnya sang profesor lewat akun twitternya @jokowi.
     
"Bangsa Indonesia kehilangan J.S. Badudu. Sepanjang hidupnya diabdikan untuk bahasa Indonesia. Pengabdiannya jadi teladan kita bersama -Jkw," demikian kicauan Presiden.

Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana juga mengunggah capture dari akun Presiden tersebut pada halaman yang dimaksud dan mengirimkannya kepada para wartawan yang biasa meliput di Istana Kepresidenan.

Menurut keterangan keluarganya, Prof. Badudu sebelumnya masuk rumah sakit karena stroke.

Badudu semasa hidupnya, guru besar kelahiran Gorontalo itu pernah mengajar di dua universitas, yaitu Unpad dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Ia pensiun sejak 10 tahun lalu.

Jenazah Prof. Badudu dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Cikutra Kota Bandung, Minggu, setelah sebelumnya dishalatkan dan dilepas oleh keluarga kepada TNI di Masjid Al Jihad Unpad.

Sekitar 100 orang ikut menshalatkan jenazah JS Badudu secara bergantian seperti Rektor Unpad Prof Tri Hanggono Achmad dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

"Dalam pandangan Unpad, kembali kami sampaikan ini kehilangan mendalam, bukan semata-mata beliau ini tokoh universitas dan nasional," kata Tri Hanggono.

Namun, lanjut dia, di balik kehilangan ini Insya Allah jadi pemicu semangat dan menjadi inspirasi di tengah tantangan dalam mengembangkan budaya Indonesia yakni Bahasa Indonesia

"Karena salah satu kunci budaya kita itu adalah bahasa," kata Tri Hanggono.

Almarhum JS Badudu meninggalkan 9 orang anak, 23 cucu, dan 2 cicit, adapun istrinya, Eva Henriette Alma Koroh dan istrinya terlebih dulu berpulang pada 16 Januari 2016.

Gunakan Bahasa Indonesia

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Dadang Sunendar mengatakan sepanjang hidupnya, Prof. JS Badudu ingin agar masyarakat menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

"Beliau berharap pengajaran Bahasa Indonesia tidak hanya dari tingkatan sarjana sampai doktoral, tetapi sedari dini," ujar Dadang.

Oleh karena itu, pendidikan bahasa sejak dini harus diperkuat melalui promosi di televisi dan media massa.

"Kami terus berupaya agar masyarakat memiliki kebanggaan menggunakan bahasa yang baik. Serta meningkatkan Bahasa Indonesia ke dunia internasional, sehingga meningkatkan daya saing bangsa," kata dia.

Kemendikbud sendiri pada tahun ini, akan meluncurkan gerakan Bahasa Indonesia yang ditujukan kepada generasi muda, terutama anak muda yang tak lepas dari gawai sehingga harapan dari JS Badudu bisa terwujud.

Dadang mengatakan nama JS Badudu sangat disegani dalam bidang kebahasaan tidak hanya tingkat nasional tetapi juga internasional karena kiprahnya dalam membawa marwah Bahasa Indonesia ke tingkatan yang paling tinggi.

JS Badudu dikenal masyarakat sebagai pembawa acara "Pembinaan Bahasa Indonesia" yang rutin ditayangkan oleh TVRI.

JS Badudu juga aktif menulis belasan buku dan yang paling terkenal adalah Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, penelitian bahasa, serta sejumlah kamus Bahasa Indonesia.