Bulog Sulteng optimalkan RPK cegah kenaikan harga daging pasca-PMK

id PMK

Bulog Sulteng  optimalkan RPK cegah kenaikan harga daging pasca-PMK

Seorang buruh angkut sedang menurunkan daging kerbau beku impor untuk dimasukkan ke dalam lemari pendingin di Kantor Bulog, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Minggu (3/7/2022). ANTARA/Muhammad Izfaldi

Palu (ANTARA) - Perusahaan Umum Bulog wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng) mengoptimalkan sebanyak 600 mitra Rumah Pangan Kita (RPK) untuk mencegah kenaikan harga daging pascapenyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK).



"Sekarang ini seluruh mitra RPK yang memiliki kulkas itu sudah menjual daging beku untuk menjaga ketersediaan sekaligus kami optimalkan mencegah kenaikan harga," kata Kepala Bulog Sulteng, David Susanto di Palu, Jumat.



Dia menjelaskan upaya menjaga ketersediaan daging beku di RPK tersebut juga berfungsi untuk menjaga nilai konsumsi masyarakat terhadap komoditas daging di tengah wabah PMK yang mulai ditemukan di Sulteng.



"Karena kondisi seperti ini pasti memiliki dampak hanya saja kemungkinannya kecil karena masyarakat juga cenderung sudah tertarik untuk mengkonsumsi daging beku," jelasnya.



Kecenderungan masyarakat tertarik terhadap daging beku itu, terpantau dari data penambahan stok yang dilakukan Bulog Sulteng pada 2020 sebanyak 10 ton, sedangkan 2021 naik tajam menjadi 14 ton dari jumlah kuota awal.



Sementara pada 2022, Bulog Sulteng melakukan penambahan stok 14 ton pada Juli lalu dan saat ini tersisa 3 ton, sehingga direncanakan akan kembali melakukan penambahan stok Oktober mendatang.



Oleh karena itu, pihaknya optimis wabah PMK tidak akan berdampak besar terhadap kenaikan harga daging sapi segar, indikatornya adalah jumlah serapan pasar terhadap daging kerbau beku yang relatif sama tinggi dengan daging sapi segar.



Berdasarkan indikator itu, David mengatakan, dapat dimaknai sebagai tanda tingginya jumlah konsumsi masyarakat terhadap daging kerbau beku yang berbanding lurus terhadap konsumsi daging sapi segar.



Hal tersebut dikuatkan Badan Pusat Statistik Provinsi setempat, adapun jumlah konsumsi rumah tangga terhadap komoditas daging sapi dan daging kerbau di Sulteng 2020 mencapai 0,02 kilogram per bulan.



Sedangkan terhitung konsumsi daging sapi dan kerbau di Sulteng naik lagi menjadi 1,02 kilogram dengan total jumlah penduduk 3.159,70 jiwa.



Indikator pendukung berikutnya, ujar David, adalah harga daging beku yang tetap stabil di kisaran harga Rp85 ribu sampai Rp90 ribu per kilogram. Lain halnya harga daging sapi segar berada di kisaran harga Rp145 ribu sampai Rp150 ribu per kilogram.



"Hal itu juga menjadi pemicu utama bahwa memang daging beku lebih murah dan tentu punya kualitas yang sama dengan daging segar," jelasnya