Upaya memutus mata rantai penyebaran DBD di Mukomuko

id Upaya ,Mukomuko ,Mencegah ,Penyebaran ,DBD

Upaya memutus mata rantai penyebaran DBD di Mukomuko

Ilustrasi - Nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD. ANTARA/Pixabay

Mukomuko (ANTARA) -
Kasus kematian yang diduga akibat demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, sejak dua pekan terakhir ini menjadi perhatian serius pemkab, pemprov, serta Pemerintah Pusat.

Pemerintah Pusat dan provinsi memberikan perhatian khusus karena penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti tersebut sebelumnya diduga menjadi penyebab satu keluarga di Desa Lubuk Sanai, Kecamatan XIV Koto, meninggal dunia.

Satu keluarga tersebut terdiri atas Firmasyah (65), Rislaini (56), Herwilin (34), dan seorang bayi yang masih dalam kandungan Herwilin meninggal dunia.

Namun berdasarkan hasil pemeriksaan medis di Kabupaten Mukomuko, dari empat orang dalam satu keluarga yang meninggal dunia tersebut, satu orang yang dinyatakan positif DBD, satu suspect DBD, dan dua orang bukan DBD.

Terlepas apakah satu keluarga yang terdiri atas empat orang tersebut tidak semuanya dinyatakan positif DBD, satu keluarga tersebut meninggal dunia terhitung hanya semalam.

Kepala Desa Lubuk Sanai Mutriadi mengatakan kematian satu keluarga tersebut di tempat dan waktu yang berbeda tetapi mereka meninggal pada hari yang sama pada Minggu (13/8).

Firman meninggal dunia pada hari Minggu (13/8) sekitar pukul 17.00 WIB dalam perjalanan menuju RSUD Mukomuko, kemudian Rislaini meninggal dunia di rumah pada Minggu (13/8) sekitar pukul 21.00 WIB.

Selanjutnya, Herwilin dan bayi yang ada dalam kandungannya meninggal dunia di Rumah Sakit M. Jamil Padang pada hari Minggu (13/8) pukul 21.00 WIB.

Setelah kejadian tersebut, Kementerian Kesehatan RI menurunkan Tim Kelompok Kerja Vektor Demam Berdarah Dengue ke Kabupaten Mukomuko untuk mengumpulkan data dan informasi terkait dugaan satu keluarga meninggal dunia akibat DBD.

Pengelola Program DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko Ruli Herlindo mengatakan pihak Kemenkes RI ke Mukomuko turun ke Mukomuko karena ada kejadian luar biasa (KLB) di daerah ini, yakni satu keluarga meninggal dunia yang diduga akibat DBD.

Meskipun hasil pemeriksaan medis di daerah ini, hanya satu dari empat orang dalam satu keluarga di daerah yang meninggal tersebut positif DBD, tim ini menilai kejadian di daerah itu KLB.

Sejauh ini tim telah menilai kejadian di daerah ini KLB karena ada kasus kematian beserta keluhannya. Tim menganggap KLB karena ada kematian dalam satu keluarga akibat DBD tetapi belum sempat terperiksa.


Pencegahan penularan

Pemerintah Kabupaten Mukomuko melalui Dinas Kesehatan melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran penyakit DBD terutama di wilayah Desa Lubuk Sanai, Kecamatan XIV Koto.

Untuk itu, petugas Dinas Kesehatan
melakukan tes cepat massal di lokasi yang ditemukan kasus DBD, guna mengantisipasi penyebaran penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti tersebut.

Tes cepat ini digelar di sekitar rumah warga yang positif DBD di Desa Lubuk Sanai, pada Selasa (15/8).

Dari hasil tes cepat DBD massal itu, diketahui jumlah kasus DBD di wilayah Desa Lubuk Sanai meningkat drastis menjadi 14 kasus.

Sementara itu, kasus DBD di Kabupaten Mukomuko terhitung sejak bulan Januari hingga Agustus 2023 sebanyak 37 kasus, dari kasus DBD sebanyak itu, sebanyak 25 kasus DBD terjadi selama bulan Agustus 2023.

Selanjutnya, instansi melakukan penyelidikan epidemiologi, membagikan larvasida, melakukan pengasapan, dan survei demam secara massal untuk mendeteksi dini penderita penyakit DBD di daerah ini agar bisa ditangani segera.

Survei demam secara massal ini tidak hanya dilakukan di wilayah Desa Lubuk Sanai, tetapi juga di seluruh desa yang tersebar di 15 kecamatan di daerah ini.

Tim melakukan survei demam meliputi seluruh wilayah di daerah ini. Ada petugas puskesmas yang membantu survei demam terhadap warga di wilayahnya masing-masing.

Petugas kesehatan yang tersebar di seluruh puskesmas selain melakukan survei demam sekaligus memastikan kondisi kesehatan warga yang mengalami demam.

Selanjutnya, warga masyarakat yang mengalami demam tinggi ditangani segera agar warga tersebut tidak terkena penyakit DBD.



Gerakan PSN

Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko meminta peran aktif masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) guna mencegah penyakit DBD di lingkungan masing-masing.

Dinas sudah bersurat ke puskesmas dan pemerintah desa serta mengajak masyarakat ambil bagian dalam gerakan bersama PSN di lingkungannya.

Kabid Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko Jajad Sudrajat mengatakan hal itu menindaklanjuti penemuan dua kasus baru DBD di wilayah yang ditemukan pasien DBD meninggal dunia di Desa Lubuk Sanai, Kecamatan XIV Koto.

PSN dikoordinasi puskesmas melalui camat. Untuk waktu pelaksanaan PSN bisa setiap hari Jumat atau Minggu.

Gerakan bersama PSN di daerah ini tidak hanya dilakukan di Desa Lubuk Sanai tetapi di seluruh desa di Kabupaten Mukomuko.

PSN melalui pengasapan dinilai sia-sia karena setelah itu muncul lagi jentik nyamuk dalam jumlah lebih besar. Lebih dari itu, pengasapan juga menimbulkan gangguan kesehatan lainnya karena bahan yang disemprotkan mengandung racun.

"Tindakan fogging cuma membunuh nyamuk dewasa. Kalau fogging tidak ditindaklanjuti dengan PSN percuma karena tiga hari muncul lagi ribuan jentik," ujarnya.



Delapan Rekomendasi

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko Bustam Bustomo mengatakan pemerintah daerah setempat dan Tim dari Kementerian Kesehatan RI telah melakukan rapat koordinasi terkait dengan penanganan penyakit DBD.

Dari hasil rapat koordinasi tersebut, ada delapan rekomendasi yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah setempat dalam melakukan pencegahan penyebaran penyakit DBD di Kabupaten Mukomuko.

Salah satunya adalah pengendalian vektor dari larva sampai nyamuk dewasa dengan mengedepankan upaya pemberdayaan masyarakat dengan gerakan PSN 3M-plus,
melalui gerakan 1 rumah 1 Jumantik (G1R1J) yang dilakukan sebelum masa penularan.

Kemudian, melakukan monitoring evaluasi untuk kegiatan larvasida secara selektif pada tempat-tempat penampungan air dan tempat-tempat yang bukan penampungan air yang berpotensi menjadi tempat perindukan jentik nyamuk Aedes aegypti.

Lalu, penguatan surveilans untuk deteksi dini, pencegahan dan pengendalian kasus DBD, melakukan penyuluhan kepada masyarakat secara intens melalui penyuluhan langsung melalui media cetak dan elektronik.

Selanjutnya, membentuk kelompok kerja operasional yang melibatkan satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) untuk menanggulangi kasus DBD salah satu dengan bulan Bhakti Gerakan PSN 3M Plus dilakukan secara serentak dan optimalisasi G1R1J bersama masyarakat.

Penguatan tata laksana penderita yang akut untuk mencegah kematian, salah satunya dengan membangun jejaring fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di Kabupaten Mukomuko.

Selain itu, perlu adanya dukungan pemerintah daerah tentang manajemen, anggaran, peningkatan kapasitas SDM dan logistik.

Terakhir, pemerintah daerah setempat mengeluarkan surat edaran bupati tentang kewaspadaan dini KLB DBD di Kabupaten Mukomuko.

Semua langkah tersebut dirancang untuk memutus mata rantai penyebaran nyamuk  Aedes aegypti agar daerah ini terbebas dari penyakit DBD.