Mukomuko (ANTARA) -
"Kalau dulu banyak masyarakat mandi 'balimau' di sungai di daerah ini, tetapi sekarang hanya sebagian kecil dan lebih memilij mandi 'balimau' di rumahnya masing-masing," ujarnya kepada Antara.
Selain itu, masyarakat pada masa lalu menggunakan bahan alami berupa jeruk nipis dan daun pandan sebagai media untuk membersihkan seluruh tubuh, kini masyarakat memilih menggunakan sabun dan sampo.
Meskipun tempat dan bahan yang digunakan oleh masyarakat pada masa lalu dan sekarang berbeda, namun tujuan dilaksanakan tradisi ini untuk membersihkan diri.
Masyarakat sekarang ini melakukan sesuatu tersebut dengan memilih cara yang simpel, akan tetapi dengan cara simpel ini tidak menghilangkan makna dan tujuan dalam menjalankan tradisi mandi "balimau" itu sendiri.
Meskipun tradisi mandi "balimau" di daerah itu turun temurun, namun tidak ada doa khusus yang diajarkan oleh orang tua dulu sebelum mandi "balimau", melainkan hanya niat dalam hati yang tujuannya untuk membersihkan diri.
Tidak ada doa khusus sebelum mandi "balimau", kecuali sebelum mandi warga dianjurkan mengambil wudhu terlebih dahulu, dengan tujuan untuk membersihkan seluruh tubuh.
Dengan mengambil wudhu sebelum mandi "balimau", diharapkan dapat menyucikan dari dari najis dan hadas yang ada di tubuh.
Amrozi, warga Kelurahan Bandar Ratu, Kecamatan Kota Mukomuko, mengatakan hampir setiap tahun warga di wilayah itu memadati jembatan penghubung Kelurahan Pasar Mukomuko dengan Kelurahan Koto Jaya untuk menyaksikan para remaja mandi "balimau".
"Masyarakat berkumpul di sini untuk melihat para remaja dan anak-anak melompat dari atas jembatan ke Sungai Selagan," ujarnya.
Selain itu, di lokasi ini juga masyarakat dari berbagai wilayah, selain melihat remaja dan anak-anak mandi "balimau" serta menyaksikan lomba perahu nelayan di bawah jembatan.
Dengan demikian, tradoso mandi "balimau" juga sekaligus bermakna hiburan bagi masyarakat dengan menyaksikan perahu nelayan dan anak-anak melompat ke sungai sebelum menjalankan ibadah puasa.
Amrozi mengaku tidak ikut mandi "balimau" di Sungai Selagan, melainkan sudah dikerjakan di rumahnya saja.
Ia berharap, tradisi mandi "balimau" sebelum melaksanakan ibadah puasa di Bulan Ramadhan di wilayahnya tetap mampu dipertahankan oleh masyarakat.
Jangan bercampur
Bupati Mukomuko Sapuan mendukung warga melakukan tradisi mandi 'balimau' di sejumlah sungai di daerah itu guna membersihkan diri dari noda batin menjelang atau satu hari sebelum puasa Ramadhan.
"Terus terang kami pemerintah daerah mendukung tradisi ini, Kenapa tidak paling tidak membersihkan diri kita karena hari esok menghadapi Ramadhan," ujarnya kepada Antara.
Bagi Pemerintah Kabupaten Mukomuko, mandi "balimau" merupakan sebuah upaya pelestarian tradisi, adat istiadat, budaya, serta kearifan lokal masyarakat di daerah itu sejak lama.
Karena merupakan adat istiadat dan kearifan lokal masyarakat, maka pemerintah daerah setempat tidak memiliki alasan untuk tidak mendukung kegiatan tersebut.
Hanya saja, pemerintah daerah menyarankan agar dalam pelaksanaan mandi "balimau" di tempat terbuka, seperti sungai, sebaiknya antara laki-laki dan perempuan dipisah atau tidak bercampur. Hal itu karena selama ini prosesi mandi yang dilakukan di areal umum, dilakukan secara bersama atau bercampur antara laki-laki dengan perempuan.
Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Mukomuko Widodo menilai mandi "balimau" memiliki niat dan pelajaran yang bagus supaya sebelum puasa membersihkan diri dengan cara mandi "balimau".
Hanya saja, Kemenag juga menaruh perhatian pada kegiatan itu yang dinilai tidak memperhatikan norma tertentu, atau bercampur baur antara laki-laki dengan perempuan.
Tetap bertahan
Pemerintah Kabupaten Mukomuko mengatakan ada berbagai tradisi masyarakat menjelang Bulan Ramadhan, salah satunya mandi "balimau", doa masuk puasa, ziarah kubur, dan mengantar limau kepada mertua.
Tradisi mandi "balimau" adalah salah satu yang masih dipertahankan sampai sekarang oleh warga, tetapi jumlah masyarakat yang melakukan tradisi ini di sungai sudah tidak sebanyak dulu.
Objek wisata
Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Mukomuko mencatat bahwa mandi "balimau" ini merupakan tradisi wisata budaya yang bersifat tahunan.
Dinas itu yakin kegiatan ini bisa berkembang kalau tradisi mandi "balimau" yang menjadi wisata budaya ini dilaksanakan secara terkoordinir oleh kelompok masyarakat.
Untuk mengembangkan tradisi mandi "balimau" apalagi menjadi salah satu tujuan wisata budaya dibutuhkan anggaran dan melibatkan seluruh organisasi perusahaan daerah terkait.
Untuk sementara ini, Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Mukomuko sudah mengusulkan tradisi mandi "balimau" masuk dalam agenda tahunan daerah karena untuk menetapkan kegiatan ini pemerintah daerah harus menyiapkan anggaran.