Menlu China bahas kondisi Timur Tengah dengan Menlu Yordania dan Mesir

id china,yordania,mesir,wang yi,timur tengah,ismail haniyah,lebanon,iran

Menlu China bahas kondisi Timur Tengah dengan Menlu Yordania dan Mesir

Menteri Luar Negeri China Wang Yi (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Beijing (ANTARA) - Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi berbicara melalui sambungan telepon dengan Wakil Perdana Menteri sekaligus Menlu Yordania Ayman Safadi serta Menlu Mesir Badr Abdelatty untuk membicarakan kondisi Timur Tengah terkini.

Pembicaraan telepon itu dilakukan pada Selasa (6/8) berdasarkan pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China yang diterima pada Rabu (7/8) dengan fokus perkembangan situasi Timur Tengah pasca pembunuhan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh pada 31 Juli 2024 di Teheran, dan pembunuhan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr oleh Israel di Beirut.

"China dengan tegas menentang dan mengutuk keras pembunuhan tersebut karena melanggar norma-norma dasar hubungan internasional, melanggar kedaulatan Iran, melemahkan proses negosiasi gencatan senjata di Gaza, dan menyebabkan peningkatan ketegangan kawasan," kata Wang Yi dalam pembicaraan dengan Menlu Yordania Ayman Safadi.

Kunci untuk menghindari memburuknya dan meningkatnya situasi di Timur Tengah, menurut Wang Yi, adalah dengan mencapai gencatan senjata yang komprehensif dan permanen di Gaza sesegera mungkin.

Komunitas internasional juga harus memiliki suara yang bulat dan membentuk kekuatan gabungan untuk mengatasi persoalan Timur Tengah.

"China menghargai peran penting yang selalu dimainkan Yordania dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel dan mencapai perdamaian di Timur Tengah, dan bersedia menjaga komunikasi dan koordinasi dengan Yordania untuk bersama-sama mendorong pihak-pihak terkait agar melanjutkan perdamaian secara menyeluruh dan menahan diri untuk tidak mengambil tindakan apa pun," ungkap Wang Yi.

Wang Yi menyebut China akan terus berdiri teguh bersama negara-negara Arab, mendukung semua upaya yang kondusif untuk mencapai gencatan senjata permanen dan komprehensif di Gaza, menghindari eskalasi konflik dan konfrontasi lebih lanjut dan mendorong untuk meredakan situasi di Timur Tengah sesegera mungkin.

Sedangkan Menlu Yordania Ayman Safadi mengatakan pembunuhan pemimpin Hamas Ismael Haniyeh semakin meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan situasinya sangat berbahaya.

"Yordania menilai eskalasi konflik tidak akan menguntungkan pihak mana pun dan hanya akan menimbulkan kerugian berlipat ganda.

Komunitas internasional harus mengambil tindakan segera untuk menghindari eskalasi konflik, menghentikan pelanggaran hukum internasional, mencapai gencatan senjata di Gaza sesegera mungkin dan pada akhirnya mencapai pembentukan negara Palestina merdeka melalui solusi dua negara," ungkap Safadi

China, kata Safadi, diminta untuk terus mempertahankan sikap objektif dan adil dalam konflik Palestina-Israel.

"Yordania bersedia menjaga komunikasi dengan China dan mengharapkan serta percaya bahwa China akan memainkan peran yang lebih penting dalam mendorong gencatan senjata dan mengakhiri perang," tambah Safadi.

Sedangkan dalam pembicaraannya dengan Menlu Mesir Badr Abdelatty, Wang Yi mengatakan meski Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata, pertempuran di Gaza belum mereda.

"Pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran telah mendorong situasi kawasan ke dalam situasi yang lebih berbahaya. Pembunuhan tersebut melanggar prinsip-prinsip dasar Piagam PBB, melanggar kedaulatan dan martabat Iran, secara serius melemahkan upaya perdamaian. Kami dengan tegas menentang dan mengutuk keras hal ini," kata Wang Yi.

Wang Yi menekankan bahwa pembalasan atas pembunuhan tersebut hanya akan menghasilkan lingkaran setan karena menggunakan kekerasan untuk membalas kekerasan hanya akan memperparah konflik.

"Seharusnya tidak ada standar ganda dalam konflik Gaza. Posisi China dalam masalah Palestina konsisten dan jelas.

China telah mengusulkan inisiatif tiga langkah yaitu mencapai gencatan senjata yang komprehensif, berpegang pada prinsip 'orang Palestina memerintah Palestina' dan secara efektif menerapkan 'solusi dua negara'," ungkap Wang Yi.

China, kata Wang Yi, akan terus berpihak pada keadilan internasional, memperkuat persatuan dengan negara-negara Arab, dan bekerja sama dengan semua pihak untuk menghindari eskalasi dan memburuknya situasi.

Secara khusus untuk hubungan bilateral China-Mesir, Wang Yi mengatakan kemitraan strategis komprehensif China-Mesir telah mencapai perkembangan pesat dan berada pada periode terbaik dalam sejarah.

Sedangkan Menlu Abdelatty mengatakan tahun ini menandai peringatan 10 tahun terjalinnya kemitraan strategis komprehensif antara Mesir-China.

"Mesir bersedia bekerja sama dengan China untuk melaksanakan konsensus penting yang dicapai oleh kedua kepala negara, mengintensifkan pertukaran kunjungan tingkat tinggi, mendorong hubungan bilateral ke tingkat yang lebih tinggi dan membawa lebih banyak manfaat bagi kedua bangsa," kata Abdelatty.

Eskalasi konflik terjadi di tengah serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza, yang telah menewaskan hampir 39.600 warga Palestina, menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu yang menewaskan 1.200 warga Israel.

Iran dilaporkan sedang bersiap untuk menyerang Israel segera setelah pembunuhan Ismail Haniyeh. Hamas menyalahkan Israel dan Amerika Serikat (AS) atas kematian Haniyeh dan mengatakan bahwa serangan itu tidak akan dibiarkan tanpa balasan.

Para analis yakin bahwa Hizbullah juga akan melancarkan serangan besar-besaran ke Israel dari Lebanon.

Sejumlah negara juga telah mengimbau warganya di Lebanon untuk segera meninggalkan negara tersebut ketika ketegangan semakin menguat.