BMKG Palu: Waspada bencana hidrometeorologi pada masa pancaroba

id Hidrometeorologi, pancaroba, peralihan musim,BMKG, prakiraan cuaca, nur alim, palu, Sulteng

BMKG Palu: Waspada bencana hidrometeorologi pada masa pancaroba

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis-Aljufri Palu Nur Alim memberikan keterangan terkait prakiraan cuaca di Sulawesi Tengah. (ANTARA/Moh Ridwan)

Palu (ANTARA) -
Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis-Aljufri mengatakan warga Sulawesi Tengah (Sulteng) perlu mewaspadai bencana hidrometeorologi saat peralihan musim atau pancaroba.

 

"Saat ini terjadi peralihan musim, sebagian besar daerah di Sulteng masuk musim hujan pada November mendatang," kata Kepala BMKG Kelas Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis-Aljufri Palu Nur Alim di Palu, Kamis.

 

Ia menjelaskan peralihan musim kemarau menuju musim penghujan terjadi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah. Oleh sebab itu masyarakat perlu mewaspadai khususnya warga yang bermukim di sekitar bantaran sungai dan lereng gunung dengan meningkatkan mitigasi bencana.

 

Prakiraan BMKG, kata dia, wilayah-wilayah bantaran sungai dan sekitar lereng terkena dampak banjir bandang maupun tanah longsor.

 

Selain itu menurut catatan BMKG, daerah dominan terlambat memasuki musim kemarau berada di Kabupaten Morowali, kabupaten tersebut baru akan mengalami kemarau pada November nanti. "Kondisi ini dipengaruhi oleh topografi," ujarnya.

 

Alim menjelaskan karakter iklim Sulteng  unik dibandingkan daerah lainnya di Indonesia, sebab provinsi ini masuk dalam kategori darah non-ZOM atau daerah dimana pola hujannya tidak memiliki perbedaan jelas antara musim hujan dan musim kemarau.

 

Itu sebab itu hujan lokal lebih dominan terjadi, meskipun secara umum berada di musim kemarau. BMKG, kata dia, mengistilahkan kemarau basah.

 

"Sulteng tidak memiliki dampak langsung terhadap kemarau, sehingga aktivitas masyarakat tidak terganggu. Salah satu contoh, sektor pertanian tetap melakukan kegiatan bertani," ujarnya.

 

Menurut catatan BMKG, kata dia, bencana hidrometeorologi sangat berdampak pada kehidupan masyarakat. Oleh karena itu wilayah-wilayah yang berpotensi menimbulkan dampak yakni daerah rawan bencana, salah satunya Kabupaten Sigi diprediksi dominan mengalami bencana hidrometeorologi.

 

"Sigi masih dominan berpotensi terdampak bencana hidrometeorologi, terutama banjir. Disusul Kabupaten Parigi Moutong, Donggala, sebagian wilayah Kabupaten Banggai dan Poso. Guna mengantisipasi ancaman bencana dibutuhkan kolaborasi lintas sektor melakukan penanganan Daerah Aliran Sungai (DAS)," tutur Alim.