Palu (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Sulawesi Tengah didominasi oleh komoditas bahan bakar mineral senilai 127,21 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau 20,65 persen dari total nilai impor pada awal tahun 2025.
"Kontribusi terbesar impor berasal dari bahan bakar mineral senilai 127,21 juta dolar AS atau 20,65 persen dari total nilai impor," kata Kepala BPS Sulteng Simon Sapary di Palu, Selasa.
Kemudian, lanjut dia, impor mesin-mesin/pesawat mekanik senilai 105,33 juta dolar AS atau 17,09 persen, serta besi dan baja senilai 94,80 juta dolar AS atau 15,39 persen.
Menurut dia, perubahan tertinggi terjadi pada komoditas besi dan baja yang mengalami peningkatan sebesar 132,64 persen apabila dibandingkan bulan Desember 2024, sementara komoditas yang mengalami penurunan tertinggi terjadi pada perabot dan penerangan rumah sebesar 60,14 persen.
Sementara itu, kata dia, impor Sulawesi Tengah selama Januari 2025 berasal dari empat negara asal impor yang memiliki persentase kontribusi terbesar terhadap total impor.
Simon mengemukakan negara-negara tersebut adalah Tiongkok senilai 302,07 juta dolar AS, Afrika Selatan senilai 99,89 juta dolar AS, Federasi Rusia senilai 53,22 juta dolar AS dan Australia senilai 42,77 juta dolar AS.
"Kabupaten Morowali merupakan pintu gerbang barang impor masuk di Provinsi Sulawesi Tengah dengan nilai terbesar pada bulan Januari 2025," ujarnya.
Pelabuhan ini mencatat nilai impor barang masuk sebesar 602,36 juta dolar AS atau berkontribusi sebesar 97,76 persen dari pelabuhan bongkar impor lainnya di Provinsi Sulawesi Tengah.
Adapun perubahan nilai impor tertinggi jika dibandingkan tahun 2024 terjadi di Pelabuhan Poso yang mengalami penurunan sebesar 95 persen.
Ia menyebut bahwa secara keseluruhan selama Januari 2025, total impor Provinsi Sulawesi Tengah senilai 616,15 juta dolar AS, turun 299,76 juta dolar AS atau turun 32,73 persen dibandingkan Desember 2024.
"Pada Januari 2025, Neraca Perdagangan Sulawesi Tengah mengalami surplus dari sisi nilai sebesar 1.093,46 juta dolar AS. Jika dibandingkan Desember 2024, nilai neraca perdagangan ini turun sebesar 4,70 persen," katanya.
Namun nilai ini, kata dia, merupakan kenaikan sebesar 29,20 persen jika dibandingkan bulan Januari 2024.