Basarnas Palu edukasi mitigasi bencana pada siswa TK Islam Terpadu

id Kansar Palu, basarnas, siswa TK, mitigasi bencana, wawali Palu, Imelda Liliana, sulteng, kota Palu

Basarnas Palu edukasi mitigasi bencana pada siswa TK Islam Terpadu

Personel Kantor SAR Palu mengajarkan siswa cara menggunakan flying fox sebagai salah satu alat penyelamatan dalam situasi darurat, Selasa (30/9/2025). ANTARA/HO-Kansar Palu

Palu (ANTARA) - Kantor SAR Pencarian dan Pertolongan (Kansar) atau Basarnas Palu mengedukasi mitigasi bencana kepada siswa-siswi PAUD-TK Islam Terpadu (TKIT) Pelita Hati Palu sebagai bagian dari pembelajaran sejak dini.

"Pengenalan mitigasi kepada anak usia dini perlu, karena mitigasi berlaku untuk semua orang sebagai upaya mengurangi risiko yang ditimbulkan bencana," kata Kepala Sub Seksi Operasi dan Siaga SAR Kansar Palu Rusmadi di sela pengenalan mitigasi kepada siswa TKIT di Palu, Selasa.

Ia mengemukakan pengenalan mitigasi diikuti sekitar 150 siswa, kegiatan itu dirancang supaya anak-anak memperoleh pengalaman tentang bagaimana menghadapi situasi bencana.

Anak-anak juga diperkenalkan berbagai kegiatan seperti flying fox, cara mendayung, latihan turun dari ketinggian menggunakan tali, maupun pengenalan peralatan SAR.

"Kami berharap peserta didik tidak hanya memperoleh pendidikan akademik, tetapi juga bekal keterampilan hidup (life skills) yang penting, terutama terkait kesiapsiagaan bencana," ujarnya.

Ia mengemukakan edukatif ini sekaligus menjadi contoh sinergi antara lembaga pendidikan, pemerintah daerah (pemda), dan Basarnas dalam membangun generasi yang tangguh bencana sejak dini.

Pada kesempatan itu, Wakil Wali Kota Palu Imelda Liliana Muhidin menaruh perhatian terhadap pengenalan mitigasi kepada anak sejak dini, karena ibu Kota Sulawesi Tengah pernah mengalami tiga bencana alam dahsyat sekaligus, yakni gempa, tsunami dan likuefaksi pada 28 September 2018.

"Bencana alam dahsyat tujuh tahun lalu menjadi pelajaran bagi kita semua, terutama bagaimana menghadapi situasi darurat, tindakan penyelamatan secara mandiri guna mengurangi risiko korban jiwa," ucapnya.

Menurut dia, edukasi mitigasi tidak cukup hanya dilakukan satu atau dua kali, peningkatan pemahaman masyarakat terhadap kebencanaan harus rutin dilakukan dan dijadikan sebagai alarm untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam.

"Palu salah satu daerah di Sulteng yang rawan bencana, maka setiap warga paling tidak memiliki pemahaman bagaimana tindakan dilakukan saat terjadi situasi darurat, apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara mempertahankan diri supaya bisa selamat dari bencana," tutur Imelda.

Pewarta :
Editor : Andilala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.