Generasi intercept berperan strategis

id Hasanuddin Atjo,Generasi intercept,DKP Sulteng

Generasi intercept berperan strategis

Dr H Hasanuddin Atjo, MP (kanan) bersama Gubernur Sulteng Drs H Longki Djanggola, MSi tersenyum saat membuka halaman demi halaman buku Kilas Balik Sail Tomini 2015 yang diterbitkan Dina sKelautan dan Perikanan Sulteng. (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Dunia kini diisi oleh tiga generasi yaitu X, Y dan Z. Generasi X lahir sebelum tahun 1980, Y generasi lahir antara 1980-2004 dan Z generasi lahir setelah tahun 2004.

Ketiga generasi ini memiliki karakter berpikir dan bekerja yang berbeda satu sama lain. Generasi X cenderung memiliki karakter konservatif, lebih lambat, ketergantungan tinggi dan birokratis. Sedangkan Y adalah generasi lebih moderat, cepat dan lebih adaptif serta praktis dan mandiri.

Dunia kerja saat ini diisi oleh generasi X dan Y. Pada sektor swasta dominan digerakkan oleh Y generasi, sedangkan dunia birokrasi oleh X generasi.

Kondisi ini menjadi tantangan ketika dunia berubah begitu cepatnya yang dikenal dengan era disrupsi karena karya Y generasi atau lebih populer disebut generasi melenial. Berbagai bisnis konvensional kini telah dipinggirkan oleh konsep baru dari generasi ini.

Taxi konvensional kini telah digantikan oleh taxi berbasis aplikasi seperti Grab dan Gojek, transfer uang, pembayaran tagihan, pembayaran sejumlah transaksi hampir semuanya melalui aplikasi digital, bahkan kuliah dan kursus pun sudah berbasis online.

Dampak yang muncul kemudian adalah pemutusan hubungan kerja yang menambah angka pengangguran, selanjutnya protes dan demo dari sejumlah kalangan yang terdampak juga tidak dapat diakomodir oleh pemerintah karena merupakan tuntutan perubahan.

Saat ini beberapa negara maju seperti Singapura semakin sulit mencari tenaga kerja yang tidak bisa digantikan oleh aplikasi seperti pelayan restoran, cleaning service sehingga lowongan ini diisi oleh tenaga kerja generasi tua (X generasi), karena generasi muda (milenial) kurang menyukai pekerjaan tersebut.

Kondisi ini juga membuat laju urbanisasi di negeri ini meningkat tajam, bahkan lebih ironis alumnus pendidikan vokasi berbasis agro tidak mau kembali lagi ke desa, bahkan mereka lebih suka menjadi pelaku atau peserta taxi atau penjualan maupun pelayanan, berbasis aplikasi yang seyogianya tidak memerlukan pendidikan vokasi.

Oleh karena itu, menghadapi fenomena ini, peran generasi intercept menjadi strategis untuk melahirkan sebuah skenario.

Generasi Intercept

Matematika dasar mengenal istilah teori himpunan. Kaitanya dengan generasi, maka ada himpunan generasi X, Y dan Z. Saat ini dunia kerja diisi oleh generasi X dan Y dimana peran Y di swasta lebih dominan, sedangkan di birokrasi lebih kepada peran X generasi.

Dalam teori himpunan, bila keduanya digabungkan, maka ada kelompok X, Y dan kelompok intercept atau irisan dari X dan Y. Kelompok intercept terdiri atas dua sub kelompok yaitu, pertama fisiknya X generasi, tetapi cara pikir dan kerjanya adalah milenial. Kedua, fisiknya milenial namun cara pikir dan kerjanya X generasi.

Yang dibutuhkan terkait dengan tuntutan perubahan yang saat ini sedang berlangsung adalah dari generasi intercept subkelompok pertama yaitu secara fisik X generasi, namun cara pikir dan kerjanya adalah milenial generasi. Sedangkan subkelompok kedua, yaitu fisiknya melenial namun cara pikir dan kerjanya X generasi harus melakukan introspeksi, tidak bertahan pada prinsipnya dan berusaha menjadi generasi yang adaptif dengan perubahan-perubahan begitu cepat bahkan tidak terlihat dan datang secara bergelombang.

Peran strategis

Pemeritah terdiri atas executif, legislatif dan yudicatif tentunya memiliki peran strategis dalam pembangunan yang inklusif dan berdaya saing agar tujuan berkelanjutan, sustainable development goals (SDGs) yang menjadi rencana strategis Pemerintah periode 2019-2024 dapat direalisasikan.

Ada 5 tugas pokok pemerintah yaitu dimulai dari merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi. Mewujudkan SDGs tadi harus dibangun semangat dan visi yang sama, harus dibangun gelombang dan frekuensi yang sama.

Usia boleh berbeda, namun cara pikir dan kerja harus sama dan tidak boleh ditawar lagi alias harga mati yaitu cara pikir dan kerja generasi milenial.

Negeri ini memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat kaya, dukungan bonus demografi 2028-2030 yang harus dimanfaatkan dan didesain oleh semangat dan pikiran yang sama agar tujuan mewujudkan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dapat digapai.

Pesta Demokrasi

Tahun 2019 negeri ini akan melaksanakan pesta demokrasi yang dimulai dengan pemilihan wakil-wakil rakyat, dilanjutkan dengan pemilihan Presiden-Wakil Presiden, Gubernur, wali kota dan bupati yang diharapkan di tahun 2024 berlangsung secara serentak.

Masyarakat memiliki peran sangat penting untuk melahirkan pemimpin sesuai tuntutan kebutuhan, karena mereka memiliki hak suara yang sama. Olehnya diperlukan proses berdemokrasi yang lebih santun, konstruktif dan berorientasi kepada kemajuan agar tidak tertinggal oleh negara lain.

Cara-cara lama harus ditinggalkan dan menjadi kewajiban bersama untuk mengedukasi masyarakat dalam berdemokrasi. Semoga. (* Ketua Ispikani Sulawesi Tengah