Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan tidak akan ada perdamaian atau stabilitas tanpa keterlibatan perempuan.
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu saat membuka Dialogue of the Role of Women in Building and Sustaining Peace: Women as Agent of Peace and Prosperity, yang diikuti 38 perempuan Afghanistan. Delegasi tersebut dipimpin Menteri Informasi dan Kebudayaan Afghanistan Hasina Safi.
“Berdasarkan diskusi yang kami lakukan sejauh ini, kami menemukan landasan bersama bahwa perempuan adalah aktor untuk mencapai perdamaian dan pembangunan inklusif, tidak hanya di Afghanistan tetapi di Indonesia dan di negara-negara lain,” kata Menlu Retno di Jakarta, Jumat.
Dialog tersebut merupakan sarana untuk mengembangkan kepercayaan diri dan jaringan antara perempuan kedua negara, sekaligus forum untuk bertukar pandangan dan praktik-praktik terbaik dalam mewujudkan perdamaian yang lestari.
“Dialog itu sendiri sangat penting untuk menjembatani kesenjangan diantara perempuan dari berbagai latar belakang. Dan kami ingin memastikan bahwa perempuan tidak tertinggal di masa depan Afghanistan,” kata Retno.
Dari dialog tersebut, Indonesia dan Afghanistan akan menindaklanjuti dengan proyek dan program pengembangan kapasitas untuk memberdayakan perempuan Afghanistan untuk membangun dan mempertahankan perdamaian di negara yang hampir dua dekade dilanda perang itu.
Sementara itu, Menteri Informasi dan Kebudayaan Afghanistan Hasina Safi berharap dialog tersebut dapat menghasilkan langkah-langkah spesifik untuk mendorong pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender di negaranya.
“Sesi awal dari proses perdamaian adalah dialog, di mana kita bisa menyediakan platform berbagi pengalaman melalui berbagai inisiatif jejaring, koordinasi, serta implementasi undang-undang,” ujar dia.
Isu mengenai perempuan, keamanan, dan perdamaian merupakan elemen dari politik luar negeri yang secara aktif disuarakan Indonesia di tataran internasional.
Menlu Retno: tidak ada perdamaian tanpa keterlibatan perempuan
Berdasarkan diskusi yang kami lakukan sejauh ini, kami menemukan landasan bersama bahwa perempuan adalah aktor untuk mencapai perdamaian dan pembangunan inklusif, tidak hanya di Afghanistan tetapi di Indonesia dan di negara-negara lain
Jakarta (ANTARA) -