Ketua MPR dorong Polri terus kedepankan pendekatan humanisme

id HUT Bhayangkara,Polri,MPR RI,Bambang Soesatyo

Ketua MPR dorong Polri terus kedepankan pendekatan humanisme

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengikuti upacara HUT Bhayangkara yang diselenggarakan secara virtual, dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Rabu. (istimewa)

Pendekatan humanisme bukan berarti membuat Polri menjadi lemah, melainkan akan membuat Polri dan rakyat semakin dekat sehingga rakyat bukan hanya sekadar takut dengan aparat kepolisian, melainkan segan dan bangga

Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menekankan pentingnya personel Polri mengedepankan pendekatan kekuatan humanisme daripada pendekatan kekuatan senjata dalam mengayomi keamanan dan ketertiban masyarakat.

"Pendekatan humanisme bukan berarti membuat Polri menjadi lemah, melainkan akan membuat Polri dan rakyat semakin dekat sehingga rakyat bukan hanya sekadar takut dengan aparat kepolisian, melainkan segan dan bangga," kata Bambang di Jakarta, Rabu.

Hal itu dikatakannya usai menghadiri upacara HUT Bhayangkara yang diselenggarakan secara virtual, dari Ruang Kerja Ketua MPR RI.

Dia mengatakan, memasuki usia ke-74, Polri wajib terus berbenah untuk semakin menjadi Profesional, Modern, dan Terpercaya (Promoter).

Bamsoet memaparkan hasil survei Lembaga Indikator pada 16-18 Mei 2020 memperlihatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri cukup tinggi, yakni 79,4 persen.

"Begitupun dengan jajak pendapat Litbang Kompas pada 23-25 Juni 2020 yang memperlihatkan citra kepolisian di mata rakyat masih baik, yakni sekitar 62,1 persen. Ruang perbaikan masih terbuka lebar, selama Polri masih tetap mau terbuka dan mendengar masukan," ujarnya.

Bamsoet mengingatkan bahwa senjata yang dititipkan negara tidak boleh menjadikan aparat Kepolisian arogan, melainkan harus dimaknai sebagai bentuk kepercayaan sekaligus tanggung jawab besar Kepolisian untuk menjaga keamanan, ketertiban dan keselamatan hidup rakyat.

Karena itu menurut dia dalam upaya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, sebagaimana diatur dalam UU No.2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, Polri harus berdiri di atas semua golongan sehingga tidak boleh menjadi alat kekuasaan segelintir pihak.

"Sangat penting bagi setiap personel Kepolisian dari mulai tamtama sampai perwira tinggi untuk meneladani profesionalitas dan integritas Jenderal Hoegeng, tidak hanya sebagai Kapolri, Jenderal Hoegeng sejak menjabat Kepala Reserse Kriminal di Sumatera Utara sudah menunjukkan sikap bahwa dirinya tak bisa dibeli oleh uang maupun kekuasaan," katanya.
 

Politisi Partai Golkar itu meyakini, di masa ini juga sudah banyak Jenderal Hoegeng lainnya di institusi Kepolisian bahkan dalam skala yang lebih luas, yang rela mengabdikan diri demi masyarakat hingga di luar tugas dan kewajibannya sebagai aparat Kepolisian.

Bamsoet mengatakan masih lekat dalam ingatan masyarakat terkait kegigihan Bripka Jerry Tumundo dari Polda Sulawesi Utara yang mau memakamkan jenazah positif COVID-19 sesuai protokol kesehatan ketika orang-orang tidak mau melakukannya.

"Tindakan terpuji tersebut, yang dilandasi sikap humanisme, terbukti semakin mendekatkan kepolisian dengan rakyat. Adapula anggota Polri dimasa sulit pandemi COVID-19 saat ini, berhasil menggagalkan dan menggulung mafia narkoba puluhan ton. Dan itu dilakukan tanpa kenal lelah," ujarnya.

Turut serta secara virtual antara lain Presiden Joko Widodo yang bertindak sebagai Inspektur Upacara, Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Kapolri Jenderal Idham Aziz, Menkopolhukam Mahfud MD, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.