Program 'Pajeko' Kabupaten Morut hasilkan panen jagung dua kali lipat

id Morut

Program 'Pajeko' Kabupaten Morut hasilkan panen jagung dua kali lipat

Lokasi percontohan penanaman jagung program Pajeko yang dikembangkan Kelompok Tani (Poktan) Pelita Kuse Desa Peleru, Kecamatan Mori Utara, Kabupaten Morowali Utara. ANTARA/HO- MCDD Pemkab Morut

Kolonodale, Sulteng (ANTARA) - Pelaksanaan program pengembangan jenis komoditas unggulan (Pajeko) yang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Morowali Utara (Morut),  salah satunya pengembangan komoditas jagung telah membuahkan hasil panen hingga dua kali lipat tahun 2022.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Morut, Jasrion Ampugo, SP di Kolonodale, Selasa (13/9) mengatakan hasil panen jagung melalui program Pajeko ini cukup signifikan sejak program ini diluncurkan di Desa Peleru.

Jasrion mendapat tugas khusus dari Bupati Morut Delis Julkarson Hehi untuk memonitor dan mengawal program Pajeko ini menjelaskan lahan jagung petani bisa menghasilkan sekitar 7,5 ton per hektar dengan nilai hasil sekitar Rp28.500.000, atau naik dua kali dari hasil panen sebelumnya.

"Ini hitungan minimal saja. Hasilnya juga tetap bagus untuk petani," ujar Jasrion bersama tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan di Kecamatan Mori Utara melakukan pendampingan teknis di lapangan selama beberapa bulan sejak pelaksanaan program tersebut.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Morut, Abbas Matoori, SP, MM, juga memberi perhatian serius terhadap perkembangan kebun jagung petani di Desa Peleru sebagai "pilot project" penanaman jagung di Kabupaten Morowali Utara.

Ia menjelaskan program unggulan itu dilaunching pada April 2022 melalui penanaman perdana bibit jagung yang dilakukan oleh Bupati Morut Delis Julkarson Hehi bersama Kepala Dinas Tanaman Pangan Provinsi Sulteng Nelson Metubun.

"Program Pajeko ini merupakan langkah strategis Pemda Morut untuk meningkatkan penghasilan petani melalui jenis usaha penanaman jagung," ujar Abbas.

Pada saat peluncuran program Pajeko pada April lalu, Bupati Delis menjelaskan bahwa Pajeko merupakan program strategis untuk meningkatkan produksi pangan yang berbasis petani dan sepenuhnya dibiayai dengan dana kredit usaha rakyat (KUR).

Ada lima pihak yang terlibat dalam program Pajeko yakni perbankan (Bank Sulteng dan BNI), off-taker (pengusaha), petani, perusahaan asuransi, dan pemerintah daerah.

Dalam operasionalnya, off-taker membuat perjanjian (MoU) dengan petani yang akan menjadi dasar untuk mengajukan permohonan dana KUR di perbankan yang akan membiayai proses produksi.

Dalam penyaluran KUR, off-taker juga sebagai penjamin legalitas lahan, sehingga para petani tetap bisa mendapatkan KUR meski lahan mereka tidak memiliki sertifikat.

Selain itu, MoU juga terkait harga beli produksi jagung, sehingga petani terjamin akan mendapatkan harga standar walaupun harga pasar sedang bergejolak.

"Semua proses kerja sama itu dilindungi asuransi, sehingga bila ada kegagalan, maka asuransi yang akan menutupi risiko-risiko yang terjadi," ujar Delis.

Sesuai data pada Dinas Pertanian dan Pangan Daerah Morut, pada tahun 2022 ini dicanangkan seluas 200 hektar lahan untuk pengembangan jagung dengan memanfaatkan dana KUR. 


SAlah seorang anggota Kelompok Tani (Poktan) Pelita Kuse Desa Peleru, Kecamatan Mori Utara, yang menjadi lokasi percontohan penanaman jagung program Pajeko tersebut, menyatakan kini kegiatan panen jagung mereka mencapai hasil dua kali lipat dari hasil panen sebelumnya.

Panen perdana jagung tersebut dilakukan pada akhir Agustus 2022 dengan disaksikan pejabat dari Dinas Pertanian Morut, penyuluh pertanian dan anggota Poktan setempat.

Sesuai data hasil ubinan yang dilakukan oleh petugas statistik pada lahan jagung yang dipanen itu mencapai hasil 9.840 kg atau setara 9,8 ton per hektar jagung pipil basah. Jika angka ini dikonversi ke jagung kering, hasilnya mencapai sekitar 8 ton per hektar.

Kalau dikalikan 8.000 kg x Rp 3.800 (harga kesepakatan per kilogram) = Rp 30.400.000. Jika angka ini dikurangi (dipotong) pinjaman KUR sebesar Rp16 juta per hektar, maka petani mendapatkan penghasilan sekitar Rp 14.400.000.

"Ini sangat menggembirakan para petani karena hasil sebelumnya hanya sekitar 4 sampai 5 ton per hektar. Program ini sangat menguntungkan kami," ujarnya.