Pengamat Politik: Malas ke TPS bisa jadi alasan pemilih pemula tak "nyoblos"

id pemilih pemula jakarta

Pengamat Politik: Malas ke TPS bisa jadi alasan pemilih pemula tak "nyoblos"

Ilustrasi warga mengurus pendaftaran pindah memilih di Kantor KPU Jakarta Barat, Senin (15/1/2024). ANTARA/Risky Syukur

Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menyebutkan, malas ke tempat pemungutan suara (TPS) bisa menjadi alasan pemilih pemula yang sebagian termasuk Generasi Z, tak menggunakan hak suaranya dalam pada 14 Februari 2024.

"Mereka tidak memilih, juga bisa karena alasan teknis, karena tertidur karena hari Valentine itu, bisa juga mereka malas ke TPS atau ada urusan lain," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Para pemilih pemula merujuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) yakni mereka yang baru menggunakan hak suaranya pada pemilu tahun ini dan sebagian mereka termasuk generasi Z berusia 17 tahun.

Di DKI Jakarta, data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta menunjukkan sebanyak 412 orang di DKI Jakarta tepat berusia 17 tahun pada 14 Februari 2024 yang artinya baru menggunakan hak pilihnya dalam pemilu kali ini.

Pangi yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting itu berpendapat partisipasi pemilih pemula dan muda (Generasi Milenial dan Z) ini akan menjadi tantangan tersendiri, termasuk kesediaan untuk mendatangi TPS pada hari pemungutan suara.

Selain karena malas, tak terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT) juga dapat menjadi alasan lain yang memungkinkan para pemilih pemula menjadi golongan putih (golput) secara administratif.

Padahal mereka ini, sambung Pangi, bersama pemilih muda dapat menjadi penentu pada Pemilu 2024 karena berjumlah sekitar 115 juta orang atau 56,45 persen dari total jumlah pemilih pada Pemilu 2024.

Menurut dia, selain karena alasan administratif, ada juga kemungkinan para pemilih pemula masih beranggapan siapapun pemimpin terpilih, tak akan mengubah nasib mereka, khususnya untuk urusan pekerjaan.

Kendati begitu, dia berpendapat kampanye dan debat Capres-Cawapres yang digelar beberapa waktu lalu mampu meyakinkan para pemilih termasuk pemula untuk menentukan pilihan mereka, atau setidaknya menjadi bahan referensi mereka.

"Harusnya setelah menonton debat, penyampaian visi dan misi, setelah kampanye, setelah minggu tenang, setelah penyampaian program, ceruk gen Z atau milenial ini sudah punya preferensi pilihan yang cukup memadai dan membuat mereka semakin mantap memilih," kata dia.

Tingkatkan partisipasi 
KPU sepanjang tahapan pemilu berupaya meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya pemilih pemula antara lain melalui kegiatan sosialisasi dan pendidikan seperti "KPU Goes to Campus, School dan Pesantren".

Kegiatan ini diadakan di 9 provinsi yang berdasarkan data partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 masuk dalam kategori rendah, yakni Maluku, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, DKI Jakarta, Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

Guna menarik pemilih muda, kegiatan ini dikemas dengan format "talkshow" menghadirkan narasumber anggota KPU, akademisi dari universitas dan pemengaruh muda serta dipandu oleh presenter lokal terbaik.

Selain itu, ada juga penampilan pentas seni budaya atau panggung hiburan, seperti pentas seni musik modern, tradisional maupun religi diselingi kuis kepemiluan, berupa tanya jawab seputar Pemilu 2024.

Sementara itu, khusus di Jakarta, anggota KPU DKI Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat Astri Megatari mengatakan juga mengadakan sosialisasi pemilu melalui kegiatan saat hari bebas kendaraan bermotor (car free day) dan menonton bareng atau nobar.

Sosialisasi ini juga dilakukan melalui media sosial, yang di antaranya memuat informasi terkait seputar pemungutan suara seperti syarat pemilih yang dapat menggunakan hak pilihnya, waktu mendatangi TPS, serta dokumen yang harus dibawa pemilih.

Sosialisasi juga dilakukan Dinas Dukcapil Provinsi DKI Jakarta terkait pemilu, termasuk mengajak orang berusia 17 tahun dan akan berusia 17 tahun pada 14 Februari 2024 yang belum melakukan perekaman dan pencetakan KTP untuk segera mendatangi kantor pelayanan Dukcapil di kelurahan, kecamatan dan suku dinas kota sesuai domisili mereka.

KTP menjadi salah satu dokumen yang wajib dibawa saat seseorang ke TPS.

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta Budi Awaluddin mengatakan pada hari pemungutan suara, layanan pencetakan KTP dibuka mulai pukul 09.00 WIB.